-
Sajak “Bilang”
Semangka adalah semangka, meski kita tidak tahu apakah isinya manis atau tawar paling disebut semangka tak berasa Ayam tetaplah ayam, meski ada yang berbulu, ada yang habis bulunya paling disebut ayam tak berbulu Buku adalah buku meski isinya berbahasa Latin dan kita tidak mengerti paling disebut buku entahlah Pun mobil adalah mobil Meski rodanya copot dia paling disebut mobil oleng, mobil tak bisa jalan Maka, Perasaan adalah perasaan Cinta adalah cinta Meski tidak kita bilang, tetap saja cinta Bahkan kalaupun cinta itu ditolak, dihina, dibanting dia sungguh tetap cinta Paling disebut dengan cinta tak samapai cinta terpendam Dan tidak mengapa Kita tahu persis, tidak berkurang nilainya. ~Kumpulan Sajak, Tere Liye…
-
Sajak “Putri dan Pangeran”
Aku akan jatuh cinta, tentu saja Seorang putri selalu jatuh cinta Tapi tidak sekarang atau hanya untuk urusan murah Aku akan jatuh cinta, kepada seorang pangeran Yang datang dengan gagah berani Menagambil tanggung jawab dalam hubungan yang diberkahi Menjadi imam sampai mati. Aku akan jatuh cinta, tentu saja Seorang pangeran selalu jatuh cinta Tapi tidak sekarang atau hanya untuk hubungan main-main Aku akan jatuh cinta, kepada seorang putri Yang diambil dari tempat terhormatnya, dengan cara terbaiknya Mengikatkan diri pada hubungan yang dirahmati Menjadi pasangan bidadari hingga hari penghabisan nanti. ~Kumpulan Sajak, Tere Liye src
-
Sajak “Sendiri”
Tidakkah kita memikirkan Jangan-jangan purnama yang bercahaya indah itu Ternyata kesepian Menatap kita dari atas sana, dalam lengang Sendirian. Tidakkah kita memperhatikan Jangan-jangan gunung kokoh berdiri menjulang itu Ternyata kesepian Menatap kita dari puncaknya, dalam senyap Sendirian. Tidakkah kita mengamati Jangan-jangan hidup otang-orang besar Yang gemerlap diperhatikan orang banyak Yang menjadi bahan pembicaraan Yang begitu memesona, begitu hebat Ternyata kesepian Sendirian. Maka bersyukurlah yang memiliki keluarga Memiliki teman-teman terbaik Boleh jadi, kitalah bulan purnama dalam hidup ini Kitalah gunung kokoh bagi mereka Dikelilingi orang-orang yang menyayangi kita Dan kita menyayangi mereka ~Kumpulan Sajak, Tere Liye src
-
Angin, Hujan, dan Sakit Hati
Kenapa ada angin? Agar orang-orang tahu ada udara di sekitarnya. Tiap detik kita menghirup udara, kadang lupa sedang bernapas. Tiap detik kita berada dalam udara, lebih sering tidak menyadarinya. Angin memberi kabar bagi para pemikir Wahai, sungguh ada sesuatu di sekitar kita Meski tidak terlihat, tidak bisa dipegang. Kenapa ada hujan? Agar orang-orang paham ada langit di atas sana. Tiap detik kita melintas di bawahnya, lebih sering mengeluh. Tiap detik kita bernaung di bawahnya, lebih sering mengabaikan. Hujan memberi kabar bagi para pujangga. Aduhai, sungguh ada yang menaungi di atas Meski tidak tahu batasnya, tidak ada wujudnya. Begitulah kehidupan. Ada banyak pertanda bagi orang yang mau memikirkannya. Kenapa kita sakit…
-
Sajak “Menjagamu”
Akan kurawat kau dalam diam Agar tumbuh penuh pemahaman Akan kurawat kau dalam hening Agar tumbuh tinggi penuh kesabaran Akan kurawat kau dalam senyap Agar tumbuh kokoh penuh keikhlasan. Sungguh akan kurawat kau Agar tidak ada yang menyakiti Pun kalau memang harus disakiti Kau dan aku tahu apa yang terbaik dilakukan Pun kalau memang harus gugur daun Kau dan aku tahu besok lusa akan kembali rindang. Akan kurawat kau dengan baik Duhai “perasaaanku” Agar kita bisa melewati semua kisah Cerita sedih maupun gembira Karena kau adalah milikku satu-satunya Dan setiap orang memiliki “perasaannya” masing-masing Kan kujaga “perasaanku” sebaik-baiknya. –Kumpulan Sajak, Tere Liye
-
Puisi Lebay
Kenapa laut memiliki ombak, tapi aku tak bisa memiliki dia? Aduhai, kenapa langit punya awan putih bergumpal-gumpal lembut tapi aku tak punya dia? Kenapa bunga disukai kumbang, tapi dia tidak suka aku? Wahai, kenapa kereta berjalan di atas rel, tapi dia tidak mau berjalan di atas kehidupanku? Kenapa cincin berjodoh dengan jari manis, tapi dia tidak mau menjadikanku jari manisnya? Kenapa mi suka bersama bakso dalam mangkuk, tapi dia tak suka bersamaku di mana pun–apalagi di mangkuk? Kenapa untuk menulis “lengkap” harus ada huruf “k”-nya, atau nanti jadi “lengap”, tapi dia tidak mau jadi huruf apa pun untuk melengkapiku? Padahal lalat saja selalu nempel di tumpukan sampah Dia tidak mau…
-
Sajak “Jangan Habiskan”
Kawan, jangan habiskan air mata untuk menangisi seseorang, yang jangan-jangan tidak pernah menangis untuk kita. Jangan habiskan waktu untuk memikirkan seseorang, yang boleh jadi tidak pernah memikirkan kita. Hidup ini memang kadang ganjil sekali. Ada miliaran orang, tapi kita menambatkan satu hati. Ada berjuta kesempatan, tapi kita memilih satu saja. Hidup ini memang kadang rumit sekali. Ada banyak hari esok, tapi kita tetap tidak beranjak. Terlalu banyak hari kemarin, tapi kita terus terbenam. Aduhai, hidup ini memang kadang menyebalkan sekali. Ada begitu banyak tempat, tapi kita masih di situ-situ saja. Ada begitu banyak pilihan kendaraan, tapi kita tidak segera naik. Masih saja di sana. Menatap kosong kesibukan sekitar. Sungguh, jangan…
-
Rahasia Kecil
Kalau kita ingin tahu bersih tidaknya sebuah gedung, lihatlah toiletnya. Kalau kita ingin tahu sehat-tidaknya sebuah kamar, lihatlah seprai ranjangnya. Kalau kita ingin tahu warung makanan yang lezat, lihatlah pengunjungnya. Kalau kita mau tahu rahasia satu kompleks perumahan, tanyakanlah ke mamang sayur. Kalau kita mau tahu lantai-lantai gedung, tanyakanlah ke kurir surat. Kalau kita mau tahu jalan-jalan pintas, tanyakanlah ke tukang ojek. Dan terakhir, tentu saja, kalau kita mau tahu rahasia orang-orang yang sedang jatuh cinta, kelakuan ajaibnya, semua galaunya, maka tanyakanlah ke teman dekatnya. Ke sanalah semua rahasianya tumpah. Sadar atau tidak sadar. Sssssst, tapi ini rahasia kecil. Jangan bilang-bilang. –Kumpulan Sajak, Tere Liye src
-
Sepotong Bulan Untuk Berdua
Malam ini, Saat dikau menatap bulan, yakinlah kita melihat bulan yang sama, mensyukuri banyak hal, berterima-kasih atas segalanya.. Terutama atas kesempatan untuk saling mengenal, esok-pagi semoga semuanya dimudahkan.. Malam ini, Saat dikau menatap bulan, yakinlah kita menatap bulan yang satu, percaya atas kekuatan janji-janji masa depan, keindahan hidup sederhana, berbagi dan bekerja keras, Mencintai sekitar dengan tulus dan apa adanya.. Malam ini, Saat dikau menatap bulan, yakinlah kita menatap bulan itu, Semoga yang Maha memiliki langit memberikan kesempatan, suatu saat nanti, dengan segenap pemahaman baik, menjaga kehormatan perasaan kita menatap bulan, dari satu bingkai jendela.. ~Kumpulan Sajak, Tere Liye src
-
Sajak “Embun dan Perasaan”
Kenapa embun itu indah? Karena butir airnya tidak menetes Sekali dia menetes, tidak ada lagi embun. Kenapa purnama itu elok? Karena bulan balas menatap di angkasa Sekali dia bergerak, tidak ada lagi purnama. Aduhai, mengapa sunset menakjubkan? Karena matahari menggelayut malas di kaki langit Sekali dia melaju, hanya tersisa gelap dan debur ombak. Mengapa pagi menentramkan dan dingin? Karena kabut mengambang di sekitar Sekali dia menguap, tidak ada lagi pagi. Di dunia ini, Duhai, ada banyak sekali momen-momen terbaik Meski singkat, sekejap Yang jika belum terjadi langkah berikutnya Maka dia akan selalu spesial. Sama dengan kehidupan kita, perasaan kita Menyimpan perasaan itu indah Karena penuh misteri dan menduga Sekali dia…