Hawa Belerang Telaga Warna dan Eksotisme Telaga Pengilon
Assalamualaikum..
Hai gaiiss.. pie kabare..?? jeh penak jamanku tho? #ndasmu penak? #njaluk dikeplak..hahahaha
Well, edisi jalan-jalan kali ini saya bareng temen-temen sefakultas yang jumlahnya 14 ekor mengunjungi Dieng Plateau. Dataran tinggi di Wonosobo yang terkenal dengan kesejukan udara dan pemandangan yang pasti bikin gak bakalan lupa buat siapa aja yang udah dateng kesini. Kalo lagi musim hujan kesini persis kaya dateng kedesa Amegakure-nya Naruto yang tiap hari selalu diselimuti hujan. Tapi disitu letak eksotisme-nya tempat ini gaiss.. Udara yang bikin menggigil ngilu, sampe kabut tebel yang bikin pemandangan makin gak ada duanya dah.
Actually di Dieng ini ada banyak objek wisata yang bisa kalian nikmati, cuma berhubung waktu kami terbatas karena harus segera mendaki gunung Prau jadi kita cuma mampir ke Telaga Warna dan Telaga Pengilon yang menurut kebanyakan orang, dua objek wisata itu jadi andalan tempat ini, selain puncak si kunir dan kawah Sikidang.
Perjalanan kita dari Jogja-Dieng itu bener-bener bikin bokong tepos dah. secara, kita berangkat jam setengah sembilan dan sampe di gapura KWDT Dieng jam 2an. Itu gara-gara ada satu grup yang terpisah dan nyasar saling tunggu yang berakibat molornya antara planning dan realitasnya. #pft #biasa. Nah buat kalian yang domisili di Jogja pengen ke Dieng bawa motor ada jalur perjalanan yang saya rekomendasikan nih, yaitu dari Jogja via Temanggung-Parakan-Jln Gunung Sumbing-Sindoro, Wonosobo Dieng. Kalo buat rute lewat Google Map mending hati-hati deh Sob, karena dia cuma mempertimbangkan rute paling deket tanpa mempertimbangkan kondisi jalannya. Kita udah coba, #parah, mending pake jalur umum yang jalannya lebar aja, selain aman, jalan mulus, tangan juga gak pegel megangin stang motor.
Selain Telaga Warna dan Telaga Pengilon ada satu objek lagi yang sayangnya gak sempet kami datengin yaitu komplek Goa Alam Pertapaan Mandala Sari ( Meditation Cave ). Nah objek-objek tersebut ada sejarah dan fislofinya sendiri. Check this out..
Berdasarkan dari Catatan Prasasti Sejarah Kerajaan Mataram Kuno yang Memilh Dieng sebagai Pusat Pendidikan dan Pusat Peribadatan Masyarakat Hindu Kuno di Tanah Jawa sekitar abad ke 8 masehi yaitu pada masa Pemerintahan Raja Rakai Warak Dyah Manara , Dan sampai sekarang pun Dieng masih terselimuti kabut Misteri dan banyak Filosofi yang ada di Gunung Tempat Bersemayamnya Para Dewa ini , dan salah satunya adalah Taman Wisata Alam Telaga Warna yang memiliki Filisofi Tatanan Pesan Moral Jawa , dan isi dari cerita atau Legenda dari tempat tersebut adalah sebagai berikut ;
Makna yang diambil dari warna air yang ada di Telaga Warna yang melambangkan lima unsur Manusia atau disebut juga ” Sedulur Papat Kalima Pancer ” yang berarti bahwa kita manusia yang terlahir dari kandungan seorang ” ibu ” yang kelak akan menjalani kehidupan yang intinya kita harus ingat kepada ” Sang Pencipta ”serta Menghormati ibu dan hidup bermasyarakat menurut ajaran Agama ”,dan dilanjutkan perjalanan kita menuju sebuah cermin besar yaitu Telaga Pengilon yang berarti ” Cermin ” untuk kita melihat sisi baik dan buruknya sifat yang ada dalam menjalani Kehidupan, Dan setelah itu kita lanjutkan perjalanan menuju sebuah batu yang dinamakan Batu Tulis yang Berarti kita Manusia harus Memiliki Pedoman hidup atau Kitab untuk Belajar Agama , Dilanjutkan lagi menuju Goa Semar yang Berarti ” Ngguguo Maring Sing Samar ” ( Tuhan yang Maha Esa ) dan di depan Goa tersebut terdapat sebuah nama ” Eyang Sabdo Jati ” yang artinya kita harus mencari Kesempurnaan Sejati dengan mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta ,
Dilanjutkan lagi menuju Goa Sumur yang di dalamnya terdapat sebuah mata air yang dinamakan masyarakat setempat dengan nama ” Tirta Perwita Sari ” yang berarti Mata Air Kehidupan , dan di depan Goa tersebut juga terdapat sebuah papan nama yaitu Eyang Kumala Sari yang berarti ” Carilah pendamping hidupmu secantik batu permata yang indah tiada duanya atau utama yang penuh cinta dan kasih sayang , patuh terhadap orang tua dan bisa membawa kehidupan kita ke jalan yang benar di Dunia dan Akhirat ” ,Dan yang terakhir kita akan menuju Goa Jaran yang berarti Kuda ( Bahasa Jawa ) yang berarti ” Ojo Ngujo Sak Paran- paran atau ” manusia harus bisa mengendalikan nafsu yang ada dalam dirinya ” , dan di depan Goa tersebut juga terdapat papan nama ” Resi Kendali Seto ” yang berarti ” Manusia yang bisa mengendalikan hawa nafsunya dan berjalan dijalan yang Putih (http://sip-alamnusantara.blogspot.com)”
My Documentary pictures;
Laskar Kuping Duren.. (tar kapan-kapan aku ceritain arti nama itu 🙂
Telaga Pengilon.. (ngilon yoog.. ngilonn) ahahahhha