Berburu Duku Baturaja ke Asalnya :D
Kalo namanya naik kereta di Pulau Jawa itu udah biasa ya sob, udah gak gumun kata orang jawa, saking banyaknya dan mudahnya kereta api seliweran pagi siang sore hari 24 jam, tapi di Sumatera saya belum pernah sama sekali, selain Stasiun yang jaraknya jauh sekali dari rumah, juga untuk apa atau mau kemana naik kereta di Sumatera, tujuannya cuma dari Palembang-Lampung pulang pergi, saya gak punya (atau mungkin belum punya : ))) family di Palembang jadi belum pernah sekalipun menginjakkan kaki disana. Sampai kesempatan itu tiba ketika salah sahabat baik bapakku menawarkan saya untuk berburu duku di tempat saudaranya di OKU, Sumatera Selatan. Saya gak perlu dua kali berpikir untuk menerima ajakan itu dan langsung saya sendiri yang booking-ing tiket berlima (bareng keluarga mereka), dan anehnya justru saya yang malah excited sendiri dengan perjalanan kali ini, maklum, provinsi terdekat dari lampung tapi belum pernah sama sekali saya kunjungi, padahal jambi dan sulawesi sudah lebih dahulu saya sambangi.
Kereta yang saya tumpangi waktu itu kereta malam jug ijag ijug ijag ijug kereta berangkaaattt… #halah
Iya karena berangkat malam, maka pilihan kereta yang ada yaitu Sriwijaya, dan oiya sistem perkeretaan di Sumatera ternyata berbeda dengan di Pulau Jawa, dimana kalo di Pulau jawa, satu kereta untuk satu kelas, jadi misal 1 rangkaian ada delapan gerbong yang delapan gerbong itu eksekutif semua kalo kereta eksekutif, atau ekonomi semua kalo kereta ekonomi. Maka kita sudah familiar dengan Kereta Progo itu kereta ekonomi karena semua gerbongnya ekonomi. Nah kalo di Sriwijaya di Sumatera ini beda sob, 1 kereta ada tiga kelas, eksekutif, bisnis dan ekonomi jadi satu rangkaian, jadi waktu pertama masuk saya pikir saya sudah masuk gerbong yang benar karna angkanya 1, ternyata yang seharusnya saya naiki adalah gerbong bisnis 1, bukan eksekutif 1…aaa isiiinn..kekekekekekekkkk.. :p
Saya akhirnya tahu tempat yang namanya Baturaja (walaupun cuma stasiunnya) karena dulu bayangannya saya Baturaja tempat terpencil di Utara sana tapi ternyata justru lebih ramai dari tempat saya tinggal..wekekekek.. kami akhirnya turun di stasiun Paninjawan dan dijemput oleh mobil Mak Ian ke Desa Kampai. Di perjalanan menuju Kampai pagi itu, yang saya lihat cuma rumah sedkit kemudian hutan-hutan, rumah-rumah lagi trus hutan lagi, padahal katanya itu masih wilayah ibu kota kecamatan lah, dan ternyata memang kontur pemukiman disana seperti itu, antara satu desa ke desa yang lain di let oleh hutan-hutan yang lebat dan banyak pohon Dukuh diantaranya, banyak banget malah, dan memang katanya ditempat ini lah sentranya. Wah saya gak sabar untuk sampe rumah Datuk untuk terus memanen Dukuh yang katanya dijanjikan..ihiiiiiirrrrr… 😀
Rumah datuk dekat sekali dengan sungai besar, namanya sungai Ogan, dan untuk menuju kebunnya Datuk di sebrang alat yang digunakan kalo gak Getek, perahu kecil yang pake dayung (kayak kano) atau perahu motor, berhubung kami waktu itu tamu Datuk yang spesia karena sudah 20 tahun katanya tidak pernah kesana lagi, maka kami sudah disiapkan perahu yang ada mesinnya, walaupun sebenernya saya pengen banget nyoba ngedayung, tapi kata mamangnya arus lagi deras jadi kami disuruh naik perahu motor saja.. yasudah..
![]() |
Belum ke sumsel kalo belum nyoba transportasi airnya 😀 |
Dan di sebrang sungai, demi apa yang saya lihat banyak banget pohon Dukuh, dan Karet (sebagai mata pencarian sehari-hari), dan pohon Duku yang lagi berbuah itu alamak.. buahnya lebat nian, tanpa perlu manjat tinggal petik nih. Benar-benar “mabuk” Duku saya waktu itu. Bukan cuma Duku lagi sialnya yang ada di kebunnya Datuk, ada cempedak, manggus (Manggis) dan beberapa Durian, habislah saya. Hahahaha
Saya berangkat ke tempat ini bawa keril (tas gunung) yang isinya cuma seperempat saja, sengaja supaya pulangnya penuh, benar saja, ketika pulang, bahkan untuk mengankatnya saja saya gak kuat sendiri, keril ukuran 60 liter isinya Dukuh semua, dan baju-baju saya dititipkan ke adik sepupu yang bawa tas sekolah. Oh my God, orang biasanya beli dukuh palembang mahal-mahal, saya tinggal metik disana dan gak bayar, malah dibawain beberpa karung. Ckckc fyi : Dukuh palembang yang terkenal manis itu sebagian besar sumbernya berasal dari sini (wilayah OKU, Baturaja).
![]() |
Panen Raya, yang 2 tahun sekalipun belum tentu |
Oiya satu lagi, ada yang suka pempek? Saya suka banget, dan di OKU ini saya disuguhkan pempek aseli sumatera selatan. Kalo Trinity bilang semua makanan itu enak kecuali ditempat asalnya, spertinya ada pengecualian untuk pempek, disini entah karena sugesti atau rasanya memang enak, selain isinya macem-macem telur, kentang dan teman-temannya, cukanya juga lebih berasa entahlah ada bumbu yang beda aja gitu, gak percaya, mangkanya kalian harus coba sendiri.
*Kalo lain waktu aku Sumsel lagi, semoga sama kamu 😀
![]() |
Tinggal metik gaisss 😀 |
![]() |
Sarjana Pendidikan Kimia banting stir jadi juragan Duku di Sumatera 😀 |
![]() |
Panen cempedak yeuuhhh |
![]() |
Cempedak euy…. |
![]() |
Tanah Merah 😀 |