Traveling

Pendakian Kedua di Gunung Api Purba, It’s Awesome :D

Kalian tau ternyata bener kalo ada yang bilang semua kemampuan atau skill yang mumpuni itu bisa dicapai dengan latihan, atau melakukan pekerjaan tersebut secara terus menerus. 
Kali ini saya bakal cerita tentang pengalaman mendaki gunung api purba, nglanggeran gunung kidul, yogyakarta.
Tahun 2012 ketika pertama kali menginjakkan kaki di nglanggeran saat itu niatannya bukan untuk mendaki gunung api purba, melainkan untuk melakukan program PKM-M (Pengabdian Masyarakat) yang didanai oleh DIKTI. Program yang kami angkat waktu itu adalah memberdayakan masyarakat setempat untuk bisa secara mandiri mengolah produk tani yang mereka hasilkan tanpa harus di bawa ke pasar. Tujuannya meningkatkan harga jual dari produk turunan dari produk tani yang mereka hasilkan.
Nah ditengah kesibukan pulang pergi ke Nglanggeran waktu itu, saya, kak danar dan mba meita memutuskan untuk mengenal juga objek wisata yang ada di daerah Ngalnggeran ini, salah satunya gunung api purba. Tahun 2012 waktu itu pengalaman saya mendaki bener-bener nol. Gak tau apa aja yang harus disiapin, gimana cara mencari jalan dan sebagainya. Waktu itu Gunung api purba belum sebagus sekarang dimana berbagai papan petunjuk sudah lengkap tersedia sehingga kecil kemungkinan tersesat untuk mendaki sebuah gunung yang waktu tempuhnya hanya sekitar tiga puluh menit. Karena keterbatasan itu pula yang menyebabkan saya gagal untuk sampai ke puncak, jarak tempuh maksimal saya waktu itu hanya sampai pos 2, setelah itu gak nemu lagi jalan keatas, cupu banget, ngalnggeran aja kesasar..cklckckckckck
Duwii on actionnn…
Tapi itu dulu, ketiga belum pernah ada satu gunungpun berhasil didaki, sekarang lain dong ceritanya. Akhir pekan saya dan temen-temen memutuskan untuk camping di Nglanggeran, rencana tinggal rencana karena tidak ada yang membawa tenda untuk acara kami tersebut. Akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan pendopo yang ada di jalur menuju puncak sebagai tempat peristirahatan kami. Selanjutnya sebelum subuh tiba kami sama-sama mulai summit attack untuk bisa merasakan indahnya matahari terbit.
Lagi lagi rencana tinggal rencana, sampai di puncak ternyata langit kurang bersahabat, bagian langit tempat matahari muncul dipenuhi oleh awan yang cukup tebal. Tapi buatku setiap pendakian harus punya kesan. Kompor yang kami bawa dikeluarkan untuk membuat air panas. Setidaknya, menikmati kopi panas diketinggian kali ini membuat rasa kecewa karena tidak berhasil melihat sunrise dapat terobati.
Buat temen-temen yang merasa pemula dalam urusan pendakian bisa deh menjadikan gunung api purba ini sebagai pilihan karena waktu tempuh yang tidak lebih dari satu jam dan ketinggiannya pun masih sekitar 700an mdpl sehingga ekstrimnya suhu ala pegunungan masih bisa ditoleranasi. Selain itu medan yang udah “jadi” juga bakal meminimalisasi peluang tersesat para pendaki gunung purba ini.
Bukannya merasa expert juga sih, cuma sharing beberapa pengalaman gak ada salahnya juga kan? Setelah sukses dengan Gunung Api Purba ini temen-temen bisa coba untuk merasakan pendakian sebenarnya. Merbabu bisa menjadi pilihan pertama untuk latihan pendakian awal bagian temen-temen yang belum pernah mendaki.
Sayang pacar = Sayang lingkungan, gak punya pacar??
Hmm.. itu aja sih, overall pemandangan di gunung api purba ini lumayan lah, yang menjadi nilai adalah proses untuk mencapai puncaknya, kalo udah diatas ya gak terlalu banyak berharap juga sih kalo di compare sama puncak-puncak gunung lain yang udah pernah saya daki. Kalo katanya azzura dayana “Kamu tidak pernah menaklukkan sebuah gunung, kamu berdiri di puncak hanya sesaat, setelah kamu turun, maka angin akan menghapus semua jejakmu. Selamat Mendaki 😀

kurang lebar kanaaangg..hahaha

ini lampu sob,, lha emang apa??

masa kecil kurang bahagia?? wlwwkwwk
sundul gan..sundull…
Gak pernah nyesel yess kalo soal daki mendaki 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *