Just Write,  News n Info,  story

Coretan Demokrasi Rabat-Yogyakarta

Coretan Demokrasi Rabat-Yogyakarta
Oleh : Arif Yoga Pratama

Dua puluh tahuanan lalu,tak banyak yang membayangkan bahwa kemajuan teknologi akan sepesat sepeeti sekarang ini. Yakni ketika seoang dapat berkomunikasi antara satu dengan lainnya dengan mudah tanpa terkendala ruang dan waktu. Segala informsi dapat dengan mudah diakses hanya dengan menggerakkan beberapa jari saja. Ini merupakan salah satu dampak dari berbagai kemujuan teknologi sehingga manusia semakin dimudahkan dalam melakukan segala aktivitasnya. Namun disisi lain kemajuan teknologi juga membawa berbagai dampak negatif yang sangat sulit untuk dibendung. Berbagai paham dan ideologi mampu masuk dengan mudah kedalam pikiran manusia melalui berbagai media informasi.
Amerika dan konco-konconya yang sangat vokal dalam menyuarakan demokrasi tak ketinggalan untuk memanfaatkan kemajuan teknologi guna medukung penyebaran paham demokrasi kepada negara lain sehingga menjadi sebuah negara demokratis,yang harapannya akan sejalan dengan kepentingan-kepentingan yang diusung oleh negara kapitalis tersebut.
Gejolak yang terjadi di wilayah timur tengah dan sekitarnya merupakan salah satu buah dari proyek demokratisasi yang dilakukan Amerika terhadap dinasti-dinasti timur tengah yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan pola kehidupan modern yang menuntut segala kebebasan dalam hal menyatakan pendapat dan hak berpolitik. Hampir seluruh kalangan pemuda di timur tengah menuntut reformasi disektor kepemimpinan dan konstitusi yang seharusnya memberikan ruang kepada rakyat agar bisa meyampaikan aspirasinya kepada pemerintah. 
Gejolak reformasi itu juga tengah terjadi di negara Maroko. Para pemuda dan kalangan pro-demokrasi turun ke jalan guna menuntut perubahan disektor pemerintahan. Aksi seperti ini dikhawatirkan akan menjadi aksi-aksi yang terjadi seperti di timur tengah yang cenderung mengarah pada tidakan represif dan anarkis apabila tidak disikapi secara bijak sejak dini. Hal ini tentu saja salah satu akibat dari proses globalisasi yang ditopang langsung oleh kemajuan teknologi. Namun di sisi lain terdapat sebuah wilayah yang rakyatnya justru mengingnkan sang raja agar tetap kokoh di atas singgasananya. Disaat negara lain tengah berjuang mempertahankan sistem otoriter dari rong-rongan rakyatnya sendiri,raja di wilayah tersebut justru mendapat perlindungan dari rakyatnya agar tetap berdiri mengayomi masyarakat yang ingin tetap berada dalam kepemimpinannya. 
Wilayah tersebut adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) salah satu provinsi di selatan pulau Jawa yang masih menganut sistem kerajaan. Hal yang jarang dan hampir mustahil terjadi di wilayah lain di Indonesia yaitu ketika lebih dari lima ribu warga Yogya turun kejalan untuk menyampaikan aspirasinya yaitu bentuk dukungan kepada sang raja yang mendapat “serangan” politik dari sang pemimpin negara atau presiden untuk mengubah sistem kerajaan menjadi sistem yang demokratis. 
Penulis merupakan salah satu mahasiswa yang tengah menempuh studi di Yogyakarta yang merasakan langsung betapa kuatnya pengaruh raja di wilayah ini. Seandainya ada keputusan pemimpin negara yang bertolak belakang dengan keputusan sultan,penulis meyakini rakyat akan cenderung patuh pada keputusan “raja” mereka karena mereka telah merasakan langsung belaian tangan raja yang mudah sekali ditemui oleh rakyatnya. Hal inipun didukung beberapa survei yang telah dilakukan yang menyatakan bahwa rakyat lebih percaya kepada sang raja(sultan) ketimbang presiden yang notabene adalah pemimpin tertinggi di negara tersebut(kompas.com).
Kejadian tersebut merupakan ironi dibandingkan dengan negara lain yang justru “kerajaan” nya terancam oleh demokrasi. Rakyat justru memilih raja yang mereka percaya bisa mengayomi rakyatnya dibandingkan seorang pemimpin yang lahir dari sebuah sistem yang memudahkan praktek korupsi dan nepotisme. Hal ini menjadi bukti bahwa sebuah sistem yang dipercaya apik dalam praktek tatanan kehidupan belum tentu sesuai dengan kondisi psikologi masyarakat yang bersangkutan. Selain itu pemimpin besar bukanlah pemimpin yang dihasilkan melalui proses instan melainkan pemimmpin yang memang telah benar-benar menunjukkan baktinya kepada rakyat yang telah mempercayainya sebagai raja. Semoga saja hal ini dapat menjadi suatu bahan pelajaran bagi negara yang sedang dilanda krisis kepemimpinan di era globalisasi seperti sekarang ini. 
========================================================================
nb : Lomba PPWI Kedubes Maroko yl.
gambar dari sini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *