Diary,  Galery,  Traveling

Ekspedisi Gunung Sumbing 3371 mdpl

Assalamualaikum..

Beberapa temen, tetangga, adek, dan masih banyak orang kadang suka tanya, kamu itu kuliah apa enggak sih? Kok sempet-sempetnya keluyuran setiap akhir pekan. Ke luar kota lah, ke pantai lah, ke luar negeri lah, naek gunung lah.. dan masih banyak aktivitas laen yang dilakuin bukan dirumah kalo akhir pekan. Ha.haaa
Saya juga gak tau, awalnya iseng-iseng jalan-jalan sendiri ternyata lama-kelamaan single traveller itu asik sob, ngilangin jumud perkuliahan dan yang pasti nambah pengamalan dan buka wawasan kita serta cara berpikir kita menjadi lebih terbuka. Lebih menghargai eksistensi orang diluar diri kita sendiri. Dan menurut ku itu penting sob, soalnya kebanyakan orang hanya berpikir dan bertindak atas pemahaman sepihak aja, tanpa mencoba melihat dari sisi yang berlawanan bahwa mungkin orang berpikiran dan berperilaku bersebrangan dengan cara pandang pasti punya alasan. Ada alasan yang bisa mereka ceritakan ke kita dan ada alasan yang cuma mereka aja yang boleh tau. Disinilah penting nya memahami dari sudut pandang diluar diri kita sendiri.

Dan naek gunung bukan cuma sekedar pendakian yang akhirnya sampai dipuncak kemudian turun lagi dengan membawa oleh-oleh berupa kelelahan yang sangat. Bukan, naek gunung bukan cuma soal fisik, tapi juga perjalanan hati. Jarang sekali kan kalian nemuin orang yang mendaki gunung sampe ke puncak sendirian. Selain gak enak, garing, krikk..kriikk.. juga membahayakan. Udah terbukti oleh turis dari Rusia yang nyoba ndaki gunung merapi seorang diri akhirnya tersesat. Ha.haa
Gunung yang tinggi itu pas kita liat pertama kali dari base camp sebelum mulai pendakian rasanya tinggi banget. Dan selama perjalanan itu saya kadang bertanya dalam hati, kira-kira kuat gak ya sampe ke puncak? Kayaknya tinggi banget. 3371 mdpl. Dan ternyata iya, kebukti baru dapet satu kilometer pertama aja rasanya kaki ini dah gak sanggup jalan lagi. Tapi.. ehh.. kita gak sendiri guys.. kita ber-sembilan semua sama. Capek. Dan yang paling penting komunikasi ketika capek bilang aja capek, “break”, “point”, “istirihat cuy”. dan lain-lain. Jangan gengsi karena sebagian pendaki yang gagal sampe puncak entah karena kram atau yang lainnya sebenernya bukan karena mereka bener-bener gak sanggup untuk mendaki lagi. Tapi karena mereka gengsi kalo keliatan capek akhirnya malah collaps.

Mendaki gunung itu awalnya emang terasa sulit untuk didaki. Tapi kalo kita mulai melangkahkan kaki dan terus melangkah maka puncak akan mendekat dan kita akan sampai. Begitu juga soal mimpi. Punya mimpi itu harus tinggi dan yang kalo diliat itu bakalan sulit banget untuk digapai. Tapi itulah mimpi. Kita cuma harus mulai melangkah, dan terus melangkah, maka puncak impian kita akan semakin mendekat dan kita akan semakin jelas melihat bahwa impian kita akan menjadi kenyataan, KETIKA KITA TERUS MELANGKAH.

Ini awal.. starting point untuk pendakian-pendakian selanjutnya. Bahkan untuk pendakian pertama aku ini harus di uji dengan badai gunung. Iya serius. Kita istirahat gelar tenda setengah dua belas malam ketika hujan mulai turun dan hampir semua barang basah karena gak ada yang bisa diselamatkan ketika badai gunung datang. Sleeping bag, matras, tas.. sampe makan malam pun bercampur dengan air hujan. Semua yang kita kenakan waktu itu, mulai dari luaran sampe daleman udah basah sama air hujan (bayangkan suhu di ketinggian 2400-an mdpl), kita cuma bisa pasrah dan berharap pagi segera datang dan gak kepikiran untuk melanjutkan perjalanan ketika pagi datang. PULANG. Kata itulah yang bisa saya dan temen-temen bayangin dari jam 1 pagi sampe subuh gak ada yang bisa tidur, menggigil kedinginan.

Tapi heyy.. kita dalam tenda yang basah itu ngerasain sesuatu yang beda. Kita semakin erat. Ada rasa yang lain ketika kita bias ngelewatin sesuatu yang berat bareng-bareng. Dan mukjizat ketika pagi datang, semangat kita balik lagi untuk menaklukan puncak yang masih dua jam perjalanan lagi itu. Dan well We are on the top, 3371 mdpl. Puncak kawah sumbing.
Puncak kawah smbing 3371 mdpl

We’re o the TOP 😀

Dari sini kami belajar, belajar bahwa untuk menaklukan sesuatu yang besar, butuh kerja keras, kerja sama yang itu akan sulit kalo dilakukan seorang diri. Begitu juga dengan mimpi. Kalo kita punya impian, ceritakan ke orang lain yang kita anggap tepat dari cari partner untuk menggapainya bersama-sama maka akan semakin mudah dan cepat untuk menaklukan mimpi tersebut. Ketika kita sampai dipuncak akan terlihat puncak-puncak lain yang menanti untuk kita daki. Dan dihadapan kami berdiri dengan kokohnya seraya berkata. “kalian manusia begitu sombongnya”.
Sekian..

Di puncak ini aku bersujud.. betapa kecil aku.. Bahkan ketika gunung yang kokoh itu ditawari untuk menjadi Khalifah dibumi menolaknya. Aku manusia entah dengan percaya diri berani menerima amanah itu. ya ALloh kuatkan pundakku untuk jadi jalan kebaikan bagi sesamaku..

#DreamCatcher

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *