Autisme,  Pendidikan,  Refleksi

Karena Jujur Itu Indonesia

Bismillah 
Kali ini mau curcol tentang UN atau biasa dikenal dengan Ujian Nyontek #ehh Ujian Nasional maksudnya, hee.heeee. Busro Muqoddas, salah satu pimpinan KPK, dalam pernyataannya kepada pers terkait Ujian Nasional menyatakan bahwa UN menyumbangkan bibit-bibit korupsi kepada generasi muda. Iyalah, gimana enggag, usaha kita, kami, lu, gue selama tiga tahun, enam tahun malah untuk siswa SD harus ditentukan hanya dalam waktu tiga hari, ya tiga hari. #kejam
Harus diakui bahwa tujuan-tujuan kemendikbud melaksanakan UN sudah cukup baik secara teoritis, namun faktanya, mendikbud sendiri tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak sekali kecurangan disana sini pada saat ujian nasional berlangsung. Salah satu ‘gurauan’ oleh guest comic, anak SMP dalam grand final stand comedy Kompas TV bilang kalo pas UN itu yang repot bukan cuma siswanya, tapi orang tua lebih rempong lagi. Kalo siswa sibuk cari bocoran maka orang tua sibuk gimana caranya bayarin tu bocoran. #parah
Kebetulan pas saya ngetik ini lagi ada acara kick andy tentang UN yang ngundang beberapa orang yang masih memiliki idealisme terkait pendidikan. Baik itu dari siswa (yang tidak lulus UN padahal termasuk siswa cerdas dikelasnya) maupun guru yang idealis (yang namanya di black list dikota asalnya karena keteguhannya menegakkan kejujuran) juga diundang di acaranya kick andy. Betapa ya, perjuangan mempertahankan idealisme itu beratnya bukan main. Denger cerita guru di medan itu yang berusaha menegakkan kejujuran pada saat UN malah mendapat pengucilan dari seluruh komponen sekolah, baik itu kepala sekolah, sesama guru dan murid-muridnya sendiri. “kebijakan ini telah merusak karakter anak bangsa” pungkasnya.
Pengalaman saya dulu pas UN bener-bener ngeliat dengan mata kepala saya sendiri bahwa kecurangan UN itu bener-bener udah akut. Kunci jawaban yang harganya jutaan ditanggung sama iuran anak-anak sekelas. Saya yang mutusin ngerjain UN tanpa kunci sama sekali memang sih tetep lulus karena tingkat kesulitan soal-soal gak jauh beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jadi udah sesuai dengan apa yang saya persiapkan walau akhirnya nilai saya bukan termasuk jajaran yang tertinggi di SMA saya dulu dengan rata-rata nilai 7 koma sekian dan hanya satu mapel yang mampu dapet nilai 9 koma yaitu kimia. Padalah selama 5 semester berturut-turut, saya dapet predikat juara umum satu sekolah. Itu konsekuensi dari pilihan yang saya ambil, dan saya Cuma yakin buahnya akan saya petik suatu saat nanti. Janji saya kemudian adalah se-enggag bisanya saya ketika ujian, saya memilih nilai D atau gak lulus dibandingkan dengan kelulusan yang dibungkus topeng.
Dan pengalaman terbaru yang gak jauh beda dengan yang saya alamin adalah tentang adekku yang duduk dikelas 6 SD ketika menempuh ujian nasional tanggal 6-8 Mei 2013 kemarin. Perlu diketahui adekku termasuk anak autis yang berkelebihan khusus dan punya perbedaan pada sisi sosialisasi dengan sesamanya. 
Berhari-hari bahkan berbulan sebelum ujian nasional berlangsung, kami sekeluarga sudah sepakat akan mensupport dia agar sip ketika ujian berlangsung pada bulan Mei. Bahkan buku detik-detik ujian nasional dia minta sendiri ke saya untuk dikirim dari jogja. Dua buah buku UN beserta CD persiapan UN saya kirim ke Lampung demi persiapan si adik. 
Tapi taukah teman, kejujuran benar-benar menjadi suatu yang langka sekarang ini. Hari pertama ujian nasional berlangsung, pengawas ujian yang notabene bukan guru asli dari adik saya dengan terang-terangan membagikan kunci jawaban kepada seluruh siswa dikelas adik saya. Dengan gaya bicara anak autis adik saya tersebut mengatakan “tidak, tidak, saya tidak butuh kunci jawaban”  (kalian yang sudah kenal dengan dunia autis pasti mengerti tentang repetisi yang mereka lakukan). Hari pertama UN berlangsung dilewati secara sukses olehnya tanpa menggunakan sebutirpun kunci jawaban. Hari yang kedua petaka terjadi disini. Matematika. Sebenernya matematika adalah mapel favorit adek saya, tapi ketika ujian masih berlangsung, adik saya kaget karena semua teman-temannya sudah pada diluar kelas dan membuat suasana yang tidak kondusif lagi buat ngerjain soal. Padahal sisa waktu jelas masih ada tapi karena yang lain “enggag” mengerjakan walhasil mereka keluar terlebih dahulu. Sementara adik saya menangis sesenggukan didalam kelas karena masih tersisa 5-6 soal yang masih belum dia selesaikan (ditengah-tengah waktu ujian yang jelas-jelas masih tersisa).

Kalian bayangin deh, ketika kalian udah berjuang sejadi-jadinya mempersiapkan UN, lalu tiap mau berangkat sekolah gak pernah absen doa sambil angkat tangan agar bisa lulus ujian. Tiap hari, ya tiap hari,, you know autism karakteristik adalah repetisi. Tapi ketika hari pertempuran tiba, temen-temennya yang gak belajar sekeras adik saya malah dapat ‘bocoran’ kunci jawaban UN dari oknum guru dan pengawas tersebut. Kalian merasa dicurangi gak kalo kaya gitu. Bayangin itu masih level SD lho.. tingkat dasar.. mereka udah diracuni sedini itu oleh sistem ini. Hari ketiga, hari terakhir UN SD, sukses dia lewati seperti hari pertama dengan gaya PD-nya anak autis itu. Sekarang tinggal nunggu waktu ketika pengumumannya nanti tiba. But, apapun hasilnya, kami sekeluarga bangga banget dengan adik kami yang kadang dianggap sebelah mata oleh lingkungannya tapi justru menjadi sebongkah berlian ditengah pekatnya lumpur sistem pendidikan ini.

Apa sih poinnya dari tulisan ini? 

Bahwa kita, semua elemen masyarakat entah itu orang tua, kakak, suadara, guru, calon guru, kepala sekolah dan semua yang ada disekitar peserta didik. Kita punya tanggung jawab, kita punya amanah untuk menanamkan karakter kejujuran kepada calon generasi penerus bangsa kita. Ditengah-tengah kebobrokan sistem negara kita saat ini saya masih optimis negara kita masih punya harapan cemerlang didepan sana. Ketika momentum itu datang, ketika titik balik itu tercapai maka fajar di indonesia akan menutup malam gelap pekatnya malam pendidikan di Indonesia dan mengawali hari-hari kejayaan bangsa khatulistiwa ini.
Bersemangat ..^__^

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *