Love,  Quotes and Image

Surat Cinta

“Terlalu indah”, kata mas Kunta, “untuk tidak di reblog.” Aku? mencoba melihat diriku dari sudut pandang diriku sendiri.

Katanya tanda-tanda seseorang adalah jodoh kita, ditunjukkan dengan dua tanda yaitu, dimudahkan atau mendekatkan diri kita dengan Allah. Denganmu, aku mendapatkan tanda yang kedua ternyata. Tak mudah menyadari bahwa ternyata mencintaimu adalah sebuah ujian bagiku, ujian yang menyenangkan. Hingga detik ini, aku bersyukur aku menyadari bahwa aku mencintaimu, semoga karena Dia, Tuhan yang Maha Pengasih.
Tahu kah kamu, Tiap kali aku rindu padamu, aku tak berani untuk mengirimkan BBM, SMS, atau bahkan meneleponmu. Kupendam rindu ini diam-diam, tak seorang pun tahu. Hingga kusadari, lebih baik kutitipkan rindu ini melalui Dia dalam doaku, dan kusiram rindu ini dengan ayat-ayatnya, hingga padam dengan sendirinya.
Aku yang dulunya, menyentuh 114 surat-surat cinta-Nya, hanya seminggu sekali, atau bahkan sebulan sekali, atau mungkin juga kalau ingat saja, mejadi sering membaca firman-firmannya, karena ternyata hati menjadi lebih tentram. Karenamu, itu semua karena rindu yang tak terungkapkan padamu.
Tak berani pula kuungkapkan perasaanku ini padamu, dulu. Kusadari belum tentu kamulah yang akan menjadi sahabat baik seumur hidupku. Karena itu lebih baik, diam-diam kuselipkan namamu dalam tiap sujudku, berharap Dia membukakan jalan jika benar kamulah yang akan ada disampingku setiap  pagiku bangun, imam yang tepat bagiku, dan ayah yang baik bagi anak-anakku kelak.
Aku yang dulunya, tak sempat lagi duduk mengadahkan kedua tanganku padaNya, walau hanya beberapa menit, menjadi lebih banyak mengobrol padaNya. Juga karenamu, karena aku tak tahu harus mengungkapkan isi hati ini kepada siapa lagi, selain kepada penguasa dan pembolak-balik hati ini.
Ingatkah kamu waktu pertama kali kita bertemu, kau bilang aku sombong hingga setiap kita bertemu, aku hanya bisa berjalan tanpa memandangmu apalagi menyapamu. Tak tahu kah kamu, aku sungguh malu walau hanya menatapmu sejenak, apalagi sampai menyebut namamu, bisa pingsan kayaknya aku. Hee. Kamu masih ingat tidak? Kamu bilang butuh partner-in-crime untuk mengelilingi dunia, aku bilang cita-citaku pun sama, sehabis mengucapkan janji suci ini, aku tak sabar mewujudkan impian kita berdua, keliling dunia. Kamu ingat kita sering mengobrol sampai larut malam, membicarakan apa saja dari hal-hal tak penting seperti gosip kampus, hingga nasionalisme Bung Karno. Kita mengobrol di tempat yang berbeda walau sebenarnya kita memandang bintang dan bulan yang sama, mungkin itu yang membuat kita dekat. Sebentar lagi, kita akan, mungkin, mengobrol hal yang sama dari pagi sampai ke pagi lagi, bisa kamu bayangkan, haha, di tempat yang sama, bersebelahan, tahukah kamu aku sungguh excited mengingat ini. Aku tak sabar.
Sengaja kutuliskan surat cinta ini, surat cinta pertama kalinya dalam hidupku, sebagai tanda terimakasihku padamu. Karena sampai detik ini, sebenarnya aku masih tak percaya, bahwa besok aku akan menikah denganmu. Kamu yang diam-diam kusematkan namamu dalam doaku, kamu yang tak pernah berani aku khayalkan sampai menikah denganku, hingga, kamu yang ternyata datang dengan gagah berani datang ke orangtuaku, melamar anak gadis satu-satunya yang Ia miliki dengan penuh keyakinan bahwa kau ingin dia percaya bahwa kita bisa dan akan hidup bahagia bersama hingga di dunia dan akhirat. Terimakasih telah mempercayakanku sebagai tangan kananmu untuk mengarungi dunia ini bersama, terimakasih kamu mempercayai aku untuk menjadi ibu bagi anak-anakmu kelak.
Kepada, Brahma Nusantara. Terimakasih untuk segalanya, selamanya.
Dari, Nadira Sarawasti. Calon istrimu, yang ternyata diam-diam romantis yah, silahkan mengenalku lebih jauh sehabis ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *