My Way

Tanda-Tanda (Orang yang Jatuh) Cinta

Dalam cinta ada tanda-tanda. Orang yang cerdik mampu mengenalinya, dan orang yang cerdas mampu menunjukkannya.
Tanda pertama dalam cinta adalah pandangan mata. Melalui pandangan mata rahasia-rahasia jiwa bisa diungkap, pesan-pesan jiwa beserta kedalaman isinya bisa disingkap. Selanjutnya, tanda-tanda jatuh cinta bisa dilihat dari sebuah percakapan. Orang-orang yang jatuh cinta akan melayani percakapan orang yang dicintainya. Ia nyaris tak mau melayani pembicaraan orang lain, selain ia yang tercinta.
Tanda-tanda cinta lainnya bisa dilihat dari gerakan tubuh orang-orang yang jatuh cinta. Tanda berikutnya adalah keraguan sekaligus kegembiraan yang tergambar dari wajah kala tiba-tiba bertemu dengan sang pujaan atau ada kegugupan manakala berpapasan. Juga ia mengerjakan segala perbuatan yang biasa dilakukan sang pujaan.
Amboi! Cinta telah mengubah orang yang bakhil menjadi dermawan. Cinta telah mengubah sang pendiam menjadi banyak bicaranya. Cinta telah mengubah sang penakut menjadi sang pemberani luar biasa. Cinta telah mengubah sang buruk perangai menjadi berbudi mulia. Cinta telah mengubah yang tadinya malas berhias menjadi pesolek di depan kaca. Cinta telah mengubah si miskin berlagak kaya. Cinta telah mengubah si tua berlagak muda. Cinta telah mengubah sang pecundang menjadi pemenang. 
Dan itulah cinta!
Sesungguhnya, cinta merupakan sesuatu yang bersemayam dalam jiwa. Bisa jadi, seseorang jatuh cinta karena suatu “sebab”. Namun cinta jenis ini tidak akan abadi. Orang yang mencintai kita dengan suatu “sebab”, cintanya akan berpaling seiring menghilangnya “sebab” itu. —semisal, kita mencintai seseorang hanya karena keindahan fisiknya semata, seiring bertambah usianya dan meluntur kecantikkan wajahnya, cinta itu bisa saja hilang.—
Adapun cinta yang kekal, yang paling utama adalah cintanya dua orang yang saling mencintai karena Allah semata…
Taken from : Di Bawah Naungan Cinta By: Ibnu Hazm El Andalusy—pujangga dan sastrawan muslim terbesar di abad pertengahan
nb : sebenernya dulu gw punya buku ini, berhubung pas SMA pernah ngilangin salah satu buku sastra perpus alhasil suruh ganti buku sastra juga,,dan.. namanya anaknya SMA pelit meditnya soal buku tw sendiri deh.. gw sumbangin aja itu buku bekas ke perpus. Untungnya (alm) pak Kun baik beyuddd,,, gak masalahin itu, malahan dia bilang, “ya gapapa, yang penting kamu udah ada niat baik mengganti buku yg hilang” ##eaaaaa meburr….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *