Setiap Peminang Anaknya adalah Perampok
Ibu adalah orang pertama yang kehilangan dan ayah, ia lebih banyak diam.
Ibunya berlinang-linang air mata, air mata yang langsung menguap disapu oleh terik dan hembusan angin. Pikiran jelek menyelinap dalam pikirannya, laki-laki yang berani meminang anaknya itu benar-benar perampok brengsek yang merenggut kebahagiaan bersama anak perempuan nya yang terkasih.
Terasa hidup begitu getir ketika setiap hari yang dipenuhi oleh tawa dan kerinduan, mendadak sebab-sebab rindu itu harus direnggut penuh senyum kemenangan oleh laki-laki yang masih berumur muda. Berani-beraninya.
Ayah lebih banyak diam, murung beliau dimasa tuanya. Anak gadis dan cintanya itu harus dengan telak dia berikan kepada laki-laki lain yang meski katanya baik tetap saja selalu ia ragukan kebaikannya. Apakah anaknya akan baik-baik saja,mampu dipenuhi segala kebutuhannya, dan tiada tersakiti sedikitpun hati sekaligus perasaannya.
Aku, aku adalah laki-laki paling jahat didunia menurut mereka. Yang dengan sembrono datang ke rumahnya dengan terang benderang meminta anak gadis satu-satunya milik mereka untuk aku bawa pergi ke negeri seberang.
“Kau hanya perlu membuktikan beberapa hal untuk membuat mereka percaya”, perempuan dengan suara menenangkan itu menghampiriku ketika aku terdiam begitu lama dalam duduk. Perempuan inilah yang aku ambil dan aku bawa pergi dari kedua orang tuanya.
Aku tidak pernah mengerti, mungkin sampai aku memiliki anak sendiri. Kamudian ada laki-laki yang lebih brengsek dari aku saat ini yang juga terang-terangan hendak mengambil anak kami.
“Butuh waktu berapa lama?”,aku bertanya lembut kepada perempuan yang lebih lembut itu.
“Seumur hidupmu, kamu sanggup ?”,ia berkata pelan meyakinkan.
Aku mengangguk, mungkin benar memang butuh seumur hidup untuk meyakinkan mereka bahwa anak perempuannya akan baik-baik berada di bawah penjagaanku.
“Aku berjanji”
Ia menatapku lebih lama, seperti menuntut sesuatu yang lebih dalam lagi.
“Demi Allah,aku berjanji”. Aku tersenyum.
Ia membalasku dengan pelukannya.