Modal Jadi Guru →
“Kalo Kita tidak beri perhatian pada guru, berarti kita tidak peduli pada masa depan”
— | Anis Baswedan on “To The Point – Metro TV” |
Itu salah satu ucapan pak anis di acara To The Point malem ini yang bener-bener menggugah semangat kami para calon guru(pendidik-red). Bener banget, guru sebagai garda depan implementasi segala macam rancangan kurikulum menjadi central point untuk menentukan sukses tidaknya suatu sistem pendidikan. Percuma kurikulum yang disusun bagus kalo ternyata guru sebagai implementator utamanya justru gak bisa mengaplikasikannya kedalam duni pendidikan sesungguhnya. Jadi inget artikel mba fitria dulu tentang modal jadi guru, semoga menginspirasi.
modal menjadi seorang guru itu sebenarnya hanya perlu 4:
- rada pintar
- rada kaya
- rada kota
- bosan profesi lain
Guru itu harus bermodal rada pintar. jika disebutkan rada pintar, berarti banyak …..?
stop ! bukan berarti hanya orang-orang bodohlah yang menjadi guru.
kalau begitu adanya, apa kabar generasi terdidik kedepannya ? 🙁
ternyata maksud dari konteks rada pintar ini, guru itu hanya boleh rada pintar, sedangkan muridnya harus menjadi lebih pintar dari gurunya . dan guru lah yang men-sett semua nya agar bagaimana caranya sang murid itu lebih pintar darinya .
sebab sang guru bukan hanya mencetak agar nilai rapor sang anak tak hanya terisi dengan nilai-nilai briliant, tapi juga guru itu menyiapkan sang murid untuk menjadi orang yang lebih sukses dan valuable.
ya . saya setuju . guru itu memang harus rada pintar 🙂
poin kedua adalah guru harus bermodalkan rada kaya .
ada pernyataan pertanyaan yang menggelitik;
- manakah yang lebih berpotensi memiliki cita-cita menjadi guru ?
- putri dari seorang direktur perusahaan negara berminat jadi guru ?
- putra dari saudagar kenamaan negeri memiliki cita menjadi guru ?
- ataukah anak seorang pedagang kecil keliling di sekolah dasar ?
tentu akan banyak yang memilih yang ketiga .
saya memang ga pernah melakukan survey untuk mengakumulasi jawaban, tapi saya punya keyakinan tersendiri bahwa yang ketiga akan lebih banyak dipilih,
kenapa ?
karena cita-cita yang dipilih orang pertama dan kedua, biasanya tak jauh dari menjadi pengusaha, model, pramugari, direktur, sutradara, dll
lalu kenapa jenis orang yang ketiga memiliki cita menjadi guru ?
menurut saya, -lagi lagi tanpa bukti yang jelas- karena jenis orang yang ketiga biasanya langsung belajar dari kehidupan sehari-hari, gurunya adalah guru kehidupan . kehidupannya pasti tak jauh dari himpitan biaya, kesulitan ekonomi, dan hal-hal lain yang membuatnya tak ingin orang lain, minimal generasi selanjutnya bernasib sama sepertinya . oleh karena itu, menjadi guru adalah cita-cita yang tepat. insya Allah 🙂
dan yang selanjutnya adalah guru harus bermodal rada kota . berarti ? semua guru harus …. *semoga sudah pada bisa menyimpulkan—-
ya . guru itu memang harus rada kota . karena masih banyak adik-adik yang di pulau mana, yang di pelosok mana, dan di belantara mana yang masih belum terjamah cahaya pendidikan .
tak terlepas dari semakin menjamurnya Sekolah Dasar Islam Terpadu atau Sekolah Alam yang ternyata letaknya masih banyak di perkotaan, dan lagi-lagi hanya anak seperti jenis pertama dan kedua yang bisa mengecap pendidikan semacam itu .
disini, guru dituntut untuk rada kota, agar saat teramanahi siswa-siswi di daerah lain, ia bisa dengan mudah beradaptasi .
dan guru pun harus rada kota, karena sampai dewasa ini, justru budaya Indonesia masih menyala di negeri yang ‘orang kota’ sering sebut negeri antah berantah .
dan yang terakhir, modal guru itu adalah bosan profesi lain
kalau bicara, eh menulis tentang yang ini, nampaknya perlu beberapa penyesuaian
berangkat dari kisah nyata, saya yang sekarang berprofesi menjadi Web Programmer malah mengambil jenjang pendidikan kampus berjurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
saya bukan bosan ! ciyuus, beneran !
saya hanya ingin menggenapkan cita-cita sedari kecil
*ok, back to topic
ketika menjadi guru, entah itu saat sedang kuliah, atau benar-benar sedang praktek menjadi guru, kita emang harus bosan pada profesi lain
kita harus bosan menjadi karyawan, kita harus bosan menjadi wiraswasta, kita harus bosan menjadi direktur
karena guru itu bukan hanya menjadi bawahan boss, yang hanya menjalankan kewajiban tiap harinya
karena guru itu bukan hanya menjadi tukang jualan buku di kelas-kelas, yang mengambil secuil keuntungan dari anak muridnya
dan juga karena guru itu bukan pula atasan yang harus dihormati dan dipuja puji siswanya
berikan totalitasmu saat menjadi guru, atau bahkan sejak menjadi calon guru
hanya sementara memaksa bosan pada profesi lain, selebih dari kegiatan belajar mengajar, silahkan kembali pada profesi masing-masing
masalah ingin mengajar seperti karyawan, wiraswasta, ataupun direktur, itu hanya masalah Strategi dan Metodologi pengajaran
disini, saya bukan ingin mengagung-agungkan profesi menjadi guru, toh saya juga tak begitu ingin menjadi guru, saya inginnya jadi Kepala Sekolah . aamiin Yaa Rabb . wahahaha =)
semua profesi itu baik, semua pengabdian itu mulia, tergatung semua itu dimuarakan kemana .
untuk siapakah semua kerja ibadah itu
teringat sebuah pesan,
saat kamu kuliah di jurusan teknik, jadilah teknokrat yang membangun Indonesiasaat kamu kuliah di jurusan ekonomi, jadilah ekonom yang bijaksanasaat kamu kuliah di jurusan psikologi, jadilah psikolog yang inklusifsaat kamu kuliah di jurusan bahasa, jadilah bahasawan yang tak lupa bangga bahasa negeri sendirisaat kamu kuliah di jurusan politik, jadilah politikus yang amanahsaat kamu kuliah di jurusan pendidikan, jadilah pendidik yang melahirkan generasi teknokrat, ekonom, psikolog, bahasawan, politikus, dan berbagai profesi lainnya yang menyinari negeri ini, yang memberi kemanfaatan bagi umat, dan yang selalu menjunjung tinggi akhlaqul kariimah .
عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »
Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)
Cibogo Permai, 00.28 WIB
selamat berjuang teman-teman Mahasiswa/i,
salam semangat