story

Dua belas hari #5

Dua belas hari. Bagian lima.
Kinsia Eyusa Merry

________

Jil, kau sedang online kan?

tolong kirimkan resep-resep rahasiamu,

atau link untuk blog masak-memasak yang selalu kau kunjungi,

atau apa saja, yang penting ada resep masakannya.

ya ya?

SEKARAAAAANNGGGGG.

nb : ini pakai caps lock lho Jil. URGENT.

________

Hmm, Jil, aku tahu pesan tadi siang itu menyebalkan. Tapi aku punya alasan kuat kenapa bisa merengek dan mengcaps-lock sembarangan.

Jadi begini. Hari ini berjalan lambat, aku dan Alyo tidak punya kegiatan, kami main suit cina, lalu diputuskan aku akan menyapu seluruh ruangan di lantai satu, dan dia di lantai dua. Lalu Alyo pergi sholat Jum’at. Nah pulangnya, dia bawa kejutan.

Bunga? Bukan. Coklat? Jangan harap. Anak kelinci? Mimpi. Makan siang? AHA! Ada kaitannya.

Bapak, Jil.

Kejutan yang dibawa Alyo adalah Bapak. Berpeci, berbaju koko, nyengir-nyengir masuk rumah dan menyapa,

“Aloohaaa Everybody”. Sungguh kejutan yang sukses.

“Bapak makan siang disini yaaa”. Sungguh kejutan berlipat.

Aku langsung terpikir tentang resep-resep yang pernah kau tunjukkan. Begitu kumpulan resep diterima, aku dan Alyo mengendap pergi berbelanja. Ketika kami sudah di luar, teriakan bapak terdengar samar-samar. “Heh, mau kemana?”

Maaf, Pak. Selama dua hari ini, makan siang dan makan malam kami beli di luar, gumamku pelan. Alyo tertawa. Untung saja supermarketnya dekat.

Jil, Jil, ini rahasia ya? Di supermarket kami bertengkar hebat. Aku memilih ayam segar, lalu diletakkannya kembali. Katanya kurang segar. Aku mengambil udang, lalu diletakkannya kembali. Dia bilang, “Udang yang ini kalau sudah dimasak akan mengecil, lebih baik ambil yang besar sekalian”. Aku mengambil sayur-sayuran, kunyit, dan wortel, lalu dia meletakkan sesuatu di keranjang. “Masak lupa bawang?”, sindirnya. Aku pergi ke rak bumbu siap saji, lalu troli didorongnya menjauh. “Bumbu seperti itu banyak pengawetnya, kita kan bisa racik sendiri”.

ARGH. PENGATUR SEKALI.

Lalu aku bersembunyi di bagian makanan ringan. Kubiarkan saja dia kecarian, menelepon sampai puluhan kali, dan bodohnya, dia berhasil menemukanku. Bukannya cemas atau marah-marah, dia mengacak rambutku dan cekikikan.

“Di supermarket kok bisa tersesat sih kamu?”.

Oke. Ini isyarat untuk aksi diam sepanjang masa.

Dia membayar sendiri, membawa kantung-kantung belanjaan sendiri, dan membuka pintu rumah tanpa bantuanku. Pokoknya aku mogok bicara. Berani-beraninya dia anggap aku anak kecil. Tidak pandai memilih ayam, tidak pernah lihat bawang, dan apa tadi? oh ya. Tersesat di supermarket.

Sesampai di rumah, aku duduk di sebelah bapak yang ketiduran sambil ditonton tivi. Bapak terbangun kaget, lalu menyadari mukaku yang kusut masai. “Kenapa lagi, geulis?”, beliau bertanya sabar. Haha. Memang selama ini cuma bapak yang paling sabar. “Alyo-nya kok dibiarin masak sendiri? Bantuin atuh”.

Aku menatap bapak dalam-dalam. “Yaudah Bapak aja yang bantuin”, bapak malah mengalah.

Mereka masak bersama, beberapa kali bapak atau Alyo berganti-ganti tertawa. Hebat kan Jil? Aku telah mempersatukan mertua dan menantu.

Sambil menghidangkan makanan di meja makan, Alyo sengaja lewat-lewat di depanku. Kadang berhenti, menyodorkan piring lauk yang wanginya menggugah, sambil menjulurkan lidah. Aku mengancam akan melemparkan bantal, lalu dia buru-buru berlalu. Sekarang siapa yang kekanak-kanakan?

Setelah dibujuk Bapak, aku akhirnya mau makan bersama. Alyo belum tergerak untuk minta maaf. Dia makan seenaknya, sama-sekali tidak menaruh perhatian pada nasiku yang kusisakan separuh. Bapak juga. Kelihatan sangat kelaparan sampai-sampai kurang mempedulikan perasaan putrinya ini.

Menjelang sore Bapak pamit pulang. Alyo mengajukan diri untuk mengantar sampai rumah. “Kalin, tolong kuncikan pintu”, panggilnya. Jelas-jelas aku sedang menyapu dapur. Kunci saja dari luar apa susahnya, sih? Aku berjalan kesal ke pintu.

Sebelum menutup pintu, dia mengatakan sesuatu.

“Saya mau minta maaf. Perlu nggak, sambil meluk?”

PLAK. Kepalanya kupukul gagang sapu.

Sekian Jil.

Kalin, pemeran utama drama ala Anak sekolahan.

_______

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *