Me and Family

Tertarik Padamu, rasanya….

“Tertarik padamu adalah semuanya (serba) asumsi. Dan semakin suka padamu adalah akibat asumsi-asumsi yang tidak ditindaklanjuti dengan diskusi.”

Ada sosokmu yang hidup di benakku dari asumsi-asumsi yang kubuat sendiri.

Sepertinya kau menyenangkan untuk diajak berdiskusi dan berargumentasi, sepertinya kau melankolis total kadang-kadang, sepertinya menyenangkan memelukmu dari belakang, sepertinya ayahku akan sangat suka padamu, sepertinya kita akan bisa caving dan random travelling sesering mungkin, sepertinya masih ada perempuan masa lalu yang membebani langkahmu, sepertinya menyenangkan bisa menyentuh kerut-kerut di senyummu setiap hari, sepertinya sepertinya sepertinya.

Asumsi-asumsi ini melelahkan karena aku tak tahu mana yang nyata, sehingga aku padamu terus saja semakin suka. Ini gila.

Entahlah, anehnya aku suka begini saja. Membiarkanmu hidup di benakku dari asumsi-asumsi yang ada. Mengagumimu dengan asumsi-asumsi yang belum tentu nyata. Bukankah ini menyenangkan? Menikmatimu dari jauh saja dan lalu meletupkan asumsi-asumsi baru. Menghidupimu dengan mengkonsumsi asumsi yang kuciptakan sendiri.

Menindaklanjuti asumsi-asumsi ini juga pilihan yang menyenangkan -tentu, karena bisa dekat-dekat denganmu- menikmati senyummu dari jarak (yang semakin) dekat tentu semakin baik -kelak akan membuatku semakin mabuk. Oh, dan sosok dalam asumsi itu akan berwujud nyata! Aku pasti tak akan sabar untuk segera memelukmu dari belakang, posisi pelukan yang paling aku suka!

Tapi bukankah kenyataan tak pernah memuaskan perasaan? Lalu bagaimana jika ada kecewa? Siapa yang akan disalahkan? Apa yang akan disalahkan? Kau, tak salah karena memang selalu begitu adanya. Asumsiku, tak salah karena memang begitulah (hakikatnya) asumsi -maka itu ia dinamakan asumsi.

“Pengharapanmulah yang mengkhianatimu.”

Maka, bukankah begini saja cukup menyenangkan?

source:
–tumblr

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *