Motivasi

Ikut konferensi ilmiah di luar negeri, Keren?! : Pikirkan Kembali !

Posted: September 26, 2011 by Danang Ambar Prabowoin Motivation and Inspiration

Beberapa waktu terakhir saya jadi cukup sering mendapatkan email dari mahasiswa di tanah air yang intinya adalah meminta saran atau bantuan kepada saya mengenai keinginannya untuk bisa ikut konferensi internasional di luar negeri khususnya: Jepang. Kendala yang mereka hadapi adalah sama: GAK ADA DANA untuk berangkat. Well… tulisan kali ini saya akan sedikit membahas mengenai fenomena: Bisa ikut konferensi di luar negeri itu keren… benarkah demikian?
Mungkin nantinya akan ada pro atau kontra terhadap tulisan saya ini. Bagaimanapun itu sekiranya menanggapinya dengan kepala dingin dan bijaksana, karena tulisan ini juga hanyalah buah pemikiran saya pribadi yang sejak dari dulu ingin saya sampaikan.
So… mari kita mulai… Bissmillah…

Apa yang tercetus dalam benak Anda (khususnya mahasiswa S1 di tanah air, apalagi yang aktif di organisasi keilmiahan di kampusnya), ketika membaca sebuah poster atau informasi dengan judul: CALL FOR PAPER ? Atau “undangan” untuk menghadiri dan mempresentasikan tulisan di konferensi ilmiah di LUAR NEGERI?
Bagaimana perasaan Anda ketika tulisan abstraksi yang Anda kirimkan diterima sebagai salah satu peserta konferensi tersebut? Bahagia itu sangatlah wajar tentunya. Tapi tahukah Anda, untuk bisa diterima sebagai presenter di sebuah konferensi ilmiah itu sebenarnya cukup “mudah”.
Sayangnya, banyak mahasiswa S1 di tanah air yang seringkali salah kaprah dan selalu menanggapi sebuah “undangan konferensi ilmiah” misalnya poster Call for Papers sebagai sebuah ajang kompetisi perlombaan layaknya Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM), PIMNAS, Mawapres, dan lainnya… padahal pada kenyataannya tidak selalu! Alhasil, banyak yang ketika tulisannya “diterima” oleh panitia sebagai salah satu presenternya, mereka berpikir bahwa mereka adalah orang-orang special yang terpilih… para juara atau pemenang… padahal bisa saja tidak demikian.
Secara garis besar, saya membagi jenis ajang konferensi ilmiah menjadi dua. Yang pertama, konferensi ilmiah yang sifatnya memang untuk kompetisi dan perlombaan. Yang nantinya akan jelas ada pemenang atau juaranya. Misalnya PKM pada ajang PIMNAS, LKTM, atau ajang penulisan ilmiahnya.
Yang kedua, ajang konferensi ilmiah yang tujuannya adalah murni sebuah seminar atau “kuliah” dari masing-masing pesertanya yang bertujuan untuk saling berbagi informasi atau melaporkan kemajuan tentang bidang yang tengah ia teliti dan tekuni. Tak ada pemenang atau juara di sini, karena memang sifatnya bukanlah sebuah kompetisi. Jikapun ada “kompetisi” maka sifatnya adalah kompetisi dalam hal kemajuan hasil penilitian, bukan untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Nah, konferensi ilmiah jenis kedua inilah yang paling sering diadakan di dalam dan luar negeri, dan sering salah kaprah dimengerti oleh mahasiswa sebagai ajang perlombaan.
Apa yang membedakan keduanya? Berdasarkan pengalaman saya, perbedaan utama adalah mengenai proses seleksi tulisan yang nantinya bisa ikut atau tidak dalam masing-masing ajang tersebut. Pada konferensi ilmiah jenis kompetisi, tidak semua calon peserta yang mengirimkan tulisannya akan diterima sebagai peserta konferensi. Ada mekanisme seleksi dari panitia, karena memang tujuannya adalah untuk menentukan yang terbaik sebagai pemenangnya. Biasanya konferensi yang sifatnya kompetisi seperti inilah yang dulu sering saya cari… selain bisa untuk “menantang” dan mengukur kemampuan diri dan belajar dari para competitor lainnya … juga karena transport dan akomodasinya akan ditanggung oleh panitia.
Nah, untuk jenis konferensi ilmiah yang tujuannya adalah murni untuk “melaporkan” kemajuan hasil penelitiannya, hampir seluruh calon peserta yang mengirimkan abstraksi tulisannya akan diterima sebagai pesertanya, selama memang sesuai dengan tema konferensi yang diberikan panitia. Karena tidak ada dan tidak perlu untuk menentukan siapa pemenang dalam ajang tersebut. Anda tidak percaya? Silakan Anda mencoba mengirimkan berbagai tulisan abstraksi Anda yang sesuai dengan tema konferensi kepada panitia yang menyebarkan “undangan”: Call For Papers… insya Allah… kemungkinan besar Anda akan diterima sebagai pesertanya… paling tidak demikian yang pernah sering saya coba…
Masing-masing peserta diberikan haknya untuk melaporkan kemajuan hasil penelitiannya dan bertanggungjawab penuh terhadap hal tersebut selama presentasinya. Atau dalam hal ini… baik atau kurang baiknya hasil penelitiannya ditentukan oleh peserta lain yang hadir dalam presentasinya. Dengan kata lain… jika tulisan Anda hanyalah tulisan yang berbasis studi pustaka atau menggunakan data sekunder dan bukan murni hasil penelitian Anda… hmm… siap-siap saja untuk “tidak mendapat tanggapan dari orang lain” atau lebih parah… Anda akan “dibantai” habis-habisan di sebuah forum ilmiah internasional tersebut…
So, penting sekali untuk bisa membedakan kedua jenis konferensi yang saya maksud di atas… dan bukan sekedar ingin berpartisipasi di dalamnya karena alasan klasik “sekedar mencoba dan cari pengalaman”… semuanya perlu disiapkan dengan sebaik-baiknya untuk mendapatkan pengalaman terbaik pula.
Perbedaan yang kedua adalah mengenai “transportasi dan akomodasi”-nya. Untuk konferensi yang bersifat kompetisi, biasanya panitia akan menyiapkan sebagian atau seluruh transportasi dan akomodasi selama berlangsungnya acara. Jadi peserta yang lolos hanya perlu menanggung sebagian biaya atau bahkan tidak perlu sama sekali membayar apapun untuk ajang konferensi. Hal ini wajar karena pesertanya adalah mereka yang terpilih dan biasanya jumlahnya tidak terlalu besar sehingga panitia masih bisa menanggung transportasi dan akomodasinya.
Sementara konferensi ilmiah yang sifatnya adalah seminar dan pesertanya terbuka untuk semua orang tanpa seleksi yang seketat kegiatan kompetisi, biasanya transportasi dan akomodasinya ditanggung oleh peserta sendiri. Hanya kadang panitia membantu mencarikan info mengenai transport dan akomodasi. Hal ini wajar, karena yang perlu untuk “melaporkan” hasil penelitiannya adalah peserta itu sendiri. Panitia hanya memfasilitasi untuk keperluan pelaporan hasil kemajuan penelitian tersebut. Bagi seorang ilmuwan, konferensi ilmiah seperti ini memang diperlukan agar ia mendapatkan masukan dan info terbaru tentang berbagai penelitian yang berkaitan dengan bidangnya. Sehingga mengeluarkan uang dari sakunya sendiri bukanlah suatu kendala.
Namun, seringkali transportasi dan akomodasi inilah yang kemudian menjadi “masalah” bagi peserta yang sebelumnya sudah salah kaprah dalam euphoria karena beranggapan bahwa dirinya sebentar lagi akan bisa ke luar negeri untuk mewakili universitas atau Indonesia dan berpartisipasi dalam ajang konferensi internasional. Gengsi… itulah awal dari timbulnya masalah!
Akhirnya… ia sendiri kebingungan mau cari uang kemana? Ngajuin proposal ke sana-kemari… atau bahkan sedikit ngotot “minta atau nagih bantuan” padahal tak jarang justru waktu kuliahnya terabaikan untuk mengatasi masalah ini. Untuk mereka yang bertanya kepada saya, bagaimana mencari sponsor untuk ikut sebuah konferensi… jujur saya tidak tahu caranya, karena saya sendiri belum pernah mengajukan proposal untuk keperluan konferensi. Biasanya saya mengandalkan dana dari kampus atau panitia… sekiranya tak ada dana untuk berangkat… saya tak akan berangkat. Mungkin saya termasuk orang yang “MALAS” mencari dana melalui proposal ke sana kemari… tapi ya begitulah saya 
Jika uang bukanlah masalah… tentu hal seperti ini tak akan jadi masalah besar bagi Anda. Salahkah jika kemudian berusaha mencari DANA untuk ikut dalam konferensi ilmiah? Well, saya tidak bisa menyalahkan atau membenarkan karena… ada yang menganggapnya: “Namanya juga usaha, Mas…” semuanya dikembalikan pada masing-masing individu.
Tahukah Anda, konferensi ilmiah yang diadakan di luar negeri itu bisa saja sebenarnya levelnya sama dengan konferensi atau seminar ilmiah yang banyak diadakan oleh BEM atau berbagai kelembagaan di kampus-kampus di Indonesia… hanya kebetulan saja konferensi yang di luar negeri itu menang di: “LUAR NEGERI”-nya… “PUBLIKASI BAHASA INGGRIS”-nya… atau menang karena ada nama-nama “ASING” sebagai undangan atau keynote speakernya…
Well… di akhir tulisan ini saya hanya ingin kembali menegaskan, bahwa sifat tulisan ini hanyalah masukan alternatif yang saya ambil dari sudut pandang lain, Anda boleh saja berbeda pikiran dengan saya, tak ada salahnya. Yang jelas pikirkan kembali urgensi perlunya Anda ikut sebuah konferensi ilmiah di “luar negeri”… Jika uang bukanlah kendala, misal karena Anda punya tabungan yang cukup atau kampus Anda yang membiayai, maka tentu tak terlalu perlu Anda merasa risau… namun sekiranya kemudian Anda harus pontang-panting mencari dana untuk transport dan akomodasi… pikirkan kembali apakah usaha itu akan sesuai dengan hasil yang Anda dapatkan nantinya atau tidak…
Pikirkan pula… apakah materi yang akan Anda presentasikan nantinya memang layak dipresentasikan… dalam artian misalnya: Materi presentasinya memang merupakan data asli (primer) dari hasil penelitian yang Anda lakukan sendiri… Jangan sampai di sana nantinya justru “malu-maluin” karena materi presentasi kita yang tak sesuai dengan level yang diharapkan panitia…
Jangan sampai Anda berangkat ke sebuah konferensi ilmiah di luar negeri dari dana orang lain dan dengan ekspektasi yang terlampau “tinggi” namun sekembalinya ke tanah air… Anda jadi semakin terbebani dengan bagaimana bertanggung jawab terhadap dana yang Anda dapatkan itu… apalagi jika sampai bermasalah dengan administrasi kuliah Anda sendiri…
Pertimbangkan dan rencanakan dengan sebaik-baiknya, untuk mendapatkan hasil yang terbaik 
Sekiranya ada kata-kata yang kurang berkenang, saya mohon maaf sebelumnya… Semoga bermanfaat.
Ganbarou!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *