reblog,  Refleksi

Yang Tepat; Bukan Siapa Cepat Atau Lambat

“Katakanlah (Muhammad) kepada hamba-hamba-Ku yang telah
beriman, ‘Hendaklah mereka melaksanakan shalat, menginfakkan sebagian
rezeki yang Kami berikan secara sembunyi atau terang-terangan sebelum
datang hari, ketika tidak ada lagi jual beli dan persahabatan’.” (Qs.
Ibrahim 31)

Sebuah Awal

Ada yang sedang merangkai mimpi, ada yang
sedang memperjuangkan mimpi, dan atau.. ada juga yang sedang menyerah,
karena merasa bermimpi terlalu tinggi. Ada.
Bagi mereka yang
merangkai mimpi, layaknya seorang pelukis yang diberi kanvas, seperti
penulis yang diberi pena dan lembar agar terisi. Gambar dan tulisannya
adalah perjuangan, cat dan tintanya ialah fasilitas-fasilitas yang Allah
berikan.
Akan tetapi, ada saat-saat dimana sebelum memulai
semuanya menjadi begitu berat. Tentang kegagalan, tentang resiko yang
sama besar dengan ‘sesuatu’ yang diimpikan. Tentang lelah, tentang cemas
yang kehilangan penguat dan kepastian.
Bagi seorang muslim tentu tidak seharusnya demikian. Sebab kita meyakini,

“Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. An-Nisa 19)

Siapakah yang paling tahu tentang manusia dan dirinya sendiri jika bukan Allah?
Sebagaimana yang dinyatakan oleh penyair, “Seseorang seharusnya berusaha sekuat tenaganya mendapat kebaikan. Tetapi, ia tidak akan bisa menetapkan keberhasilannya.”
Tepat, tugas kita hanyalah berusaha dan berdo’a. Sedangkan perihal menetapkan, ia mutlak kekuasan Allah. Jadi, apakah yang masih membuatmu pesimis?

Mengayuh Sepeda

Wah, udah sering pasti ya, kita mendengar kalimat  
“Berdo’a itu seperti kayuhan sepeda, terus saja mengayuh, nanti akan sampai ke tujuannya.”

Jika dalam berdo’a saja kita harus terus ‘mengayuh’, maka bagaimana dengan wujud nyata ikhtiyar kita?  
Duh, udah sampai mana ya~

Dan pengayuh sepeda, selalu menggunakan kedua sisi kakinya. Beriringan. Sama-sama jumlah total kekuatannya.
Kalau kita mendapati usaha kita sering gagal, harus menjadi bahan
introspeksi. Jangan-jangan ada yang timpal, ada yang tidak seimbang.
Di awal tulisan ini, kami menyematkan surat Ibrahim ayat 31,

“Katakanlah (Muhammad) kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman, ‘Hendaklah mereka melaksanakan shalat, menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan secara sembunyi atau terang-terangan sebelum datang hari, ketika tidak ada lagi jual beli dan persahabatan’.”

Serta dalam potongan surat Al-Baqarah ayat 45, dengan jelas Allah berfirman;

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, ..”

Sebuah pertanyaan yang paling mendasar setelah ini, “Usahaku selalu gagal, adakah diriku sedang tersibukkan dengan satu sisi kayuhan dalam memperjuangkan, tetapi lupa dengan sisi lainnya tentang memohon pertolongan?”

Bisa jadi.. demikian~  :’

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya dalam setiap harta itu ada hak orang lain selain dari zakat” (HR. Tirmidzi)

Nah, maka.. mulai saat ini, ikhtiyarkan mimpi-mimpi kita dengan menyertakan kehadiran Allah, yuk! Iringi perjuangan dengan sabar dan sholat, serta menyedekahkan harta kita yang memang didalamnya itu ada hak milik orang lain! In syaa Allah, berkah. :))

Selamat Berjuang!

Menjadilah
Musa bin Nushair yang belajar dari kesalahan pendahulunya dalam
menaklukan wilayah Maghribi, Afrika Utara. Jika Uqbah bin Nafi’
membutuhkan waktu hanya beberapa bulan untuk membuat penduduknya menjadi muslim -yang kembali murtad- maka Musa bin Nushair membutuhkan waktu 6 sampai 7 tahun untuk memperbaikinya menjadi masyarakat muslim yang taat.
Tidak
mudah, tentu. Apalagi menghadapi masyarakatnya yang waktu itu adalah
suku barbar. Namun Musa bin Nushair menjadikan Allah selalu disisinya.
menjadikan sabar dan shalat sebagai penolongnya.
Ini soal kualitas, bukan kuantitas. Mau cepat atau lambat, yang terpenting adalah ‘sukses’ dengan hasil yang tepat.

Selamat Berjuang!
2 Ramadhan 1439 H, Ibn Sabil: Quraners Team.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *