Hai gaiss gimana kabarnya nih?? Sudah liburan kemana lagi?? Yukk mari berbagi cerita perjalanan kita.. nah disini saya bakalan share cerita perjalanan mendaki gunung argopuro via jalur Bremi yang dimulai dari kota Yogyakarta.
Kami berlima, termasuk satu orang wonder wanita, berangkat dari terminal giwangan sore hari pukul 17.00 menuju kota probolinggo dengan menggunakan bus Akas. Tadinya mau naik kereta sih, berhubung beberapa dari kami masih ada acara paginya, pakai bus juga tak apa, toh tujuannya sama. Tiba di terminal probolinggo kami langsung disambut oleh bus yang siap berangkat menuju kota situbondo. Langsung saja tanpa menunggu kami berpindah ke bus tersebut untuk menuju pajarakan. Waktu subuh belum masuk ketika kami sampai di pajarakan, walhasil belum ada angkutan sepagi itu menuju bremi yang berangkat dari pajarakan. Untungnya ada seorang bapak-bapak yang menawarkan angkotnya untuk di carter sampai basecamp Bremi. Negopun terjadi antara saya dengan si sopir, 100 ribu + rokok sebungkus katanya. Saya yang kurang faham harga rokok langsung membulatkan harga, “oke deh, 110 ribu sampai basecamp Bremi”, kata saya setelah berdiskusi sebentar dengan teman-teman yang lain.
Sampai di basecamp kami mulai mencari bahan logistik yang kami perlukan selama kurang lebih 4-5 hari pendakian. Agak sulit karena pagi itu pasar masih tutup, jadi kami mengandalkan bapak-bapak pedagang sayur keliling untuk melengkapi kekurangan logistik kami.
Saran : kalo berniat mendaki argopuro, logistik tertentu yang agak sulit dicari seperti bumbu masak cepat saji, snack dan lainnya lebih baik disiapkan ketika masih di kota supaya gak kesulitan mencari lagi ketika sampai di basecamp.
Day 1
Setelah mengurus simaksi dan membayar harga masuk Taman Nasional gunung ini, akhirnya kami siap untuk menapak langkah pertama dengan bekal peta yang sangat detail dari pak Arifin. Ketika kita melakukan pendakian argopuro via Bremi maka puncak gunung akan terlihat pendek sekali, rasa-rasanya tidak seperti pendakian yang membutuhkan waktu berhari-hari untuk sampai dipuncaknya. Kata teman yang pernah ke gunung andong sih, sekilas tampak seperti gunung andong. *mungkin karena sikap meremehkan ini, akhirnya kami menemui sesuatu yang ganjil ditengah perjalanan.
Nb : gunung argopuro ini adalah satu gunung yang terkenal sekali dengan nuansa mistisnya. Banyak mitos yang beredar dan masih dipercaya sangat kuat oleh sebagian penduduk lokal bahkan oleh banyak pendaki pada umumnya. Tentang berbagai cerita yang menyelimutinya, temen-temen bisa baca kisah lengkap di sumber yang betebaran di internet, atau baca novelnya azzura dayana, judulnya Rengganis.
Sekitar 10 menit berjalan, kami bertemu dengan gapura danau taman hidup. Ya, danau itu yang menjadi tujuan pertama kami yang akan dijadikan tempat bermalam yang pertama. Dengan medan yang terus menanjak, akhirnya sekitar 5 jam melakukan treking, kami sampai di sebuah danau yang sangat indah, asri, sepi…
Di danau ini, kami mendirikan tenda, beristiraht melepas lelah, menikmati alam sambil mengisi tenaga dengan logistik yang kami bawa sebelum esoknya melanjutkan perjalanan menuju ke puncak Rengganis.
Day 2
Kalau Semeru punya Ranu Kumbolo, dan Rinjani punya segara anaknya yang menawan, maka Argopuro punya Danau Taman hidup yang berada diketinggian lebih dari 2000an mdpl.
Berbeda dengan dua danau di gunung tersebut yang tak pernah sepi dari pendaki, Taman hidup justru sebaliknya; sepinya ya sesunyinya sepi. Konon jika membuat keributin disini akan mengundang kemarahan sang dewi rengganis yang kemudian akan dikirimkan kabut dan hujan supaya suasana kembali sunyi.
Mitos lain adalah apabila “menerima ajakan” untuk mandi di tengah danau dari dayang2 sang dewi ditengah kabut pekat dan dinginnya malam, maka kemungkinan besar si pendaki takan pernah kembali.
Entah berkaitan dengan mitos tsb atau bukan, tapi dihari kedua perjalanan kami, selama empat jam kami hanya berputar di tempat ini dan gagal menemukan jalan keluar sampai datangnya penduduk lokal yang menunjukkan jalan menuju sungai. Sebagian kami juga masih ragu benarkah itu penduduk lokal?
 |
Tempat paling mistis di sepanjang perjalanan nih… |
Akibat 4 jam waktu yang terbuang sebelumnya, maka sangat mustahil untuk mencapai alun-alun lonceng, pos tujuan kami selanjutnya, pos camp terakhir sebelum ke puncak. Petang mulai tiba dan kami belum dapat tempat rata untuk mendirikan tenda. Saat itu kami masih di hutan mati, dan untungnya masih sempat melihat sumber air dan langsung mengisi penuh-penuh semua tempat air yang kami bawa untuk persiapan bermalam yang akan segera tiba. Sebenarnya sangat berbahaya berjalan malam gi gunung argopuro karena banyak sekali tumbuhan Jancukan, tumbuhan beracun yang bikin kulit kaya diantup tawon..hiii
 |
Tanaman Jancukan.. |
.
Waktu menujukkan pukul 7 malam dan mau tak mau kami harus menemukan tempat rata untuk dijadikan tempat bermalam kami yang kedua. Alhamduliilah di hutan cemara lima kami dapat sebuah spot yang cukup untuk medirikan tenda. Akibat melesetnya agenda pendakian yang menyebabkan penambahan waktu pendakian, kami benar-benar harus menghemat logistik yang ada, masih 3 malam lagi untuk kami bisa sampai di base camp Baderan Situbondo.
Day 3
Menikmati pagi di hutan cemara lima, kami disuguhi oleh pemandangan-pemandangan gunung lain yang ada di wilayah jawa timur, gunung semeru dan gunung lain yang ada dibagian timur yang saya tidak yakin namanya satu persatu.maap..hehehe.. setelah sarapan dan bersih-bersih tenda akhirnya kami siap untuk melanjutkan perjalanan menuju ke puncak pendakian, yaitu puncak argopuro dan puncak rengganis.
Tujuan kami adalah pos alun-alun loneng, pos sabana luas yang akan menjadi tempat bermalam kami selanjutnya sebelum dinihari esoknya kami melakukan summit attack untuk berburu sunrise di puncak Rengganis. Selama perjalanan menuju alun-alun lonceng, medan yang kami lalui benar-benar terjal, karena konon ini jalur baru yang tidak menuju cisentor dan Aeng Anik, melainkan langsung ke puncak, jadi jarak tempuh lebih singkat namun lebih terjal. Di sepanjang perjalanan kami benar-benar berharap mata air yang tertulis di peta masih ada airnya, karena waktu itu persediaan kami tinggal sedikit sekali. Di pendakian ini kami jadi benar-benar mengahargai setiap tetes air yang digunakan, setiap bertemu dengan mata air maka seakan-akan hidup kami tersambung kembali, secara bukan hanya untuk minum, masakpun butuh air yang tidak sedikit, sedangkan tidak mungkin kami membawa air dalam jumlah banyak ketika bertemu mata air. Kami bukan porter yang siap membawa bergalon air untuk kliennya. Jadi ya itu, merasa bersyukur banget setiap ketemu air, dan empat jempol buat pak arifin yang nulis setiap spot mata air tepat dan alhamdulillah semua ada airnya. Bayangkan perjalanan 5 hari 4 malam kalau sampai kekurangan air. Manusia bisa tahan 7 hari tanpa makan, tapi tanpa minum, manusia bisa apa? Jadi inget bad habit saya nih kalo udah balik ke jogja, seakan lupa kalo nikmat air yang udah di kasih selain harus disyukuri juga kudu dijaga. #duhh
Waktu menujukkan pukul tiga sore ketika kami memasuki wilayah alun-alun lonceng. Dan it’s very amazing sob, serasa bukan di indonesia ketika kami mulai menyebrangi sabana nan luas di tempat ini. Rasanya peluh dan lelah sebelumnya itu terbayar lunas dengan apa yang kami dapat di alun-alun lonceng. Tepat di perempatan antara puncak, kami mendirikan tenda untuk bermalam sebelum esoknya menikmati keindahan rengganis yang terkenal itu. Sebenernya sore itu bisa saja kami langsung menuju puncak aropuro untuk berburu sunrise, tapi untung kami ingat bahwa puncak argopuro letaknya ditengah pepohonan yang agaknya sulit untuk dapat view luas yang bisa menikmati matahari terbenam dengan sempurna. Lebih baik istirahat mengumpulkan tenaga untuk perjalanan esok hari yang tak kalah beratnya.
 |
Alun-alun Lonceng… |
Ps : malamnya saya dan beberapa teman keluar tenda, melawan dingin di ketinggian ribuan mdpl, untuk melihat milky way, gugusan bintang-bintang terang ditengah sabana maha luas. Dan masya Allah, keren sangat. Salah satu pemandangan malam terindah yang pernah saya lihat, jauh dari perkotaan jadi distorsi cahaya sedikit sekali dari tempat ini, membuat lebih banyak bintang yang bisa dilihat oleh mata. Cerah sekali, tanpa awan dan sekali lagi saya bersyukur bisa menikmati semua ini, walaupun tanpa gambar kamera yang bisa mengabadikan moment tersebut, cukup ‘kamera’ buatan Sang Kuasa yang menikmati indahnya ciptaanNya tersebut. Allah Maha Luar Biasa deh 😀
Day 4
Namanya di puncak gunung, walaupun Matahari belum terbit tapi langit sudah terang sekali, sesaat sebelum muncak saya sholat dua rokaat, merasa wajib (dan memang wajib) dilakukan, masak mau menikmati keindahan ciptaanNya tapi mengabaikan perintahNya, that’s ironic right?
Gunung Argopuro memiliki tiga puncak, yaitu puncak Rengganis-nya yang terkenal. Konon disanalah jejak-jejak istana Dewi Rengganis masih tertinggal, lalu di sisi yang lain ada puncak tertinggi yaitu puncak Argopuro dan puncak Arca di sebelahnya. Pagi itu kami langsung bergegas menuju ke puncak rengganis karena matahari segera terbit, beruntung lokasi camp kami sudah tinggi yaitu di alun-alun lonceng, jadi hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai di puncak Rengganis, dan setengah berlari kemi berjalan di jalan setapat yang mulai terlihat meski tanpa menggunakan bantuan cahaya penerangan. Matahari tepat keluar dari peraduan ketika kami sampai di puncak Rengganis. Amazing. Luar biasa aja ketika bisa ngeliat Matahari muncul dari batas horizon. Speechless. Thanks God, for this moment.
Pagi mulai menyinari (yang katanya) sisa-sisa reruntuhan istana dewi rengganis yang serba putih. Bau belereng mulai keluar dari beberapa tempat padahal gunung ini digolongkan sebagai gunung yang tidak aktif lagi. Setelah memutari semua tempat di puncak Rengganis yang memang luas ini, kami turun kembali ke alun-alun lonceng untuk menuju Puncak lainnya yaitu Puncak tertinggi Argopuro dan Puncak Arca. Sesuai dengan apa yang pernah saya baca di internet bahwa puncak Argopuro terletak di tengah-tengah pepohonan, dan titik tertingginya ditandai beberapa batu yang disusun serta beberapa plank petunjuk yang menujukkan bahwa kita telah sampai di puncak Argopuro. Berjalan ke sebelahnya sekitar 15 menit kita akan sampai dipuncak lain yaitu puncak Arca. Dari puncak Arca kami memlih jalan berputar, tidak melalui jalur semula untuk turun ke alun-alun lonceng, biar bisa dapet semua pengalamannya sih. Heheehe..
Setelah puas menikmati puncak gunung argopuro yang membutuhkan berhari-hari mendakinya rasanya puas sekali sob, tapi masalah kedua segera menanti. Logistik kami hampir habis, beras harus dihemat sampai hari terakhir dan kami harus segera sampai di pos selanjutnya, Pos Cikasur dimana katanya banyak terdapat tumbuhan selada air yang kami harap bisa menyambung hidup kami yang sudah sekarat sekali persediaan logistiknya. Walhasil di hari ke-empat, hanya berbekal mi rebus tanpa nasi dan sebuah telur yang kesemuanya dibagi berlima, mau tak mau kami harus segera sampai cikasur yang membutuhkan waktu tempuh sekitar 7 jam perjalanan.
Nah di perjalanan antara pos alun-alun lonceng menuju pos cikasur ini kami banyak sekali bertemu dengan sabana yang luas. Rasa-rasanya pengen mati saja (#inilebai) ditengah perut yang menahan lapar di PHP oleh sabana-sabana luas yang sekilas dikira Cikasur padahal belum sampai. Mungkin ini pelajaran buat kami dari Tuhan, walaupun sepanjang perjalanan kami disuguhi oleh sabana yang indahnya belum pernah dilihat sebelumnya, kalo disajikan terus menerus jadinya bosan juga, malah dongkol akhirnya karena gak sampai-sampai ditempat tujuannya. Nah hikmahnya mungkin Tuhan gak ngasih semua yang enak-enak sekaligus supaya kita gak bosen, dan jadi bersyukur ketika ditengah-tengah ke-enggak enakan ternyata Tuhan ngasih sesuatu yang enak, dan gak sedih lama-lama kalo dikasih cobaan karena pasti nanti bakal dikasih lagi sesuatu yang menakjubkan.. Ih Tuhan Maha Keren deh.. 😀
Waktu menujukkan hampir pukul lima sore ketika kami melihat sesuatu yang menakjubkan. Hamparan sabana yang jauh lebih luas dari sabana yang kami lihat sebelumnya. Melihat landasan pesawat terbang yang katanya bekas dari sisa-sisa zaman penjajahan, kabut tipis yang mulai turun di lembah cikasur.. masya allah, eksotik sekali.. kami yakin ini lah Pos Cikasur, dan voila.. kami sampai. Sejenak mengabadikan moment luar biasa sore itu, setelahnya kami langsung berbagi tugas untuk mendirikan tenda, mencari selada air dan melengkapi kebutuhan air untuk bermalam di Cikasur ini. Selepas solat magrib dan isya yang kami jamak, dan makan malam yang sudah kami habiskan bersama, tak berlama-lama kami langsung terlelap di sleeping bag masing-masing. Lelah seharian berjalan dengn perut keroncongan lalu dibalas dengan santapan selada air sampai kenyang dengan seenggok lauk nasi (yaps nasi yang jadi lauknya 🙂 membuat tidur kami pulas menggu mentari esok pagi yang akan mengantarkan kami kembali ke paradaban manusia. Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzztttt
Day 5
Subuh-subuh mas dwi sudah masak, dan beberapa dari kami mulai beberes untuk segera berkemas, karena kami tahu, hari inilah perjalanan terpanjang dimulai, walaupun kami tinggal turun, tapi medan yang bakal kami lalui tidak sepenuhnya turun melainkan berbukit, dan estimasi waktu yang dibutuhkan yaitu sekitar 10-12 jam untuk waktu tempuh normal dari pos cikasur menuju basecamp baderan.
 |
Indahnya pagi di Cikasur… |
Sambil menunggu sarapan siap, saya mencuri waktu untuk mengabadikan moment pagi yang indah di cikasur ini, melihat sebuah merak dengan ekor putih terbang, bebek hutan hitam yang terbang dari sabana ke pepohonan, sampai eksotiknya kabut pagi yang terjebak di hamparan sabana ketika matahari mulai beranjak naik. Moment-moment indah ini bakalan bikin semua pendaki Argopuro gak akan pernah nyesel berhari-hari mendaki karena bakalan disuguhi pengalaman yang gak bakal terlupakan sampai mati (kalo ini gak lebai).
Setelah selesai sarapan dan tendapun sudah masuk kerilnya teman, kami siap untuk kembali ke peradaban manusia sebenernya. Maklum, lima hari digunung benar-benar membuat home sick, di pejalanan hari ke empat kemarin semua sudah meracau akan balas dendam makan makanan yang diidam-idamkannya ketika sampai di basecamp. Perjalanan pulangpun dimulai dengan membelah sabana cikasur yang luas, memasuki hutan, bertemu sabana, masuk hutan, naik turun bukit, bertemu sabana lagi (kami sudah terlatih sabar bertemu sabana dihari sebelumnya).
Ternyata perjalanan pulang bukan semudah bayangan. Benar-benar hampir sepuluh jam berjalan dan saat hari mulai gelap kami belum juga sampai di basecamp, dari lampu-lampu yang terlihat terlihat kehidupan manusia masih jauh sekali, beberapa menyemangati, saya termasuk yang diam saja karena mangkel gak sampai-sampai, waktu menujukkan hampir jam 8 ketika kami melihat sebuah perkampungan yang bernama Baderan. Dan terimakasih Tuhan akhirnya kami sampai lagi di Peradaban manusia,hahaha lebaiii… tapi 5 hari 4 malam di gunung dengan segala keterbatasan logistik, dan berbagai pengalaman menakjubkan siapa yang bakalan bilang gak berkesan? Sekali lagi, thanks God, for that moments, You are Awesome 😀
Gallery of Mt.Argopuro
 |
Mau Bersamaku?? |
 |
Melayang… dududu…. |
 |
Capeknya kebayar prennn… 😀 |
 |
Tetapi pagi selalu menawarkan cerita yang baru untuk semua pertanyaan yang belum sempat terjawab |
 |
Top of Rengganis.. |
 |
Halllooo.. udah piknik kemana bulan ini ?? 😀 |
 |
Para pendaki yang menembus kabut di Cikasur |
 |
Kami berlima.. akhirnya nongol juga..hahaha |
 |
Puncak (batu susun) Argopuro 😀 |
 |
Mendaki (lima hari) gak semudah yang kami kira gaisss..hahaha |
 |
#BepergianlahDenganku |
 |
#AyoNanjakLagi 😀 |
 |
Angel….. |
 |
#SabanaLonceng |
 |
Sore di Sabana Lonceng |
 |
(aku) Menunggumu di batas horizon… |
 |
Thanks God for this moment… |
 |
Selamat Pagi Dunia… |
 |
Makam Dewi Rengganis; ada yang bilang maqam (seperti maqam Nabi Ibrahim, ada juga yang percaya jika itu benar-benar kuburan Sang Dewi) |
 |
Beautifulll… |
 |
..maukah kamu bersabar?; dan Tuhanmu Maha Melihat. (QS 25:20), |
 |
Pagi yang sempurna di Cikasur.. Segala Puji Bagi Allah, dengan segala penciptaanNya… |