Penerapan Blended Learning Berbasis Komunitas Pada Pembelajaran Kimia
SMA di Era Global Melalui Learning Management System (LMS)
Oleh :
Arif Yoga Pratama
Later Belakang Masalah
Dewasa ini pemerintah menghadapi berbagai kendala dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan. Ketidakmerataan mutu guru di sekolah menjadi alasan utama pemerintah untuk selalu memperhatikan peningkatan kualitas sumber tenaga kependidikan. Hal ini ditempuh karena keberhasilan mutu pendidikan sangat tergantung dari keberhasilan proses belajar-mengajar yang merupakan sinergi dari komponen-komponen pendidikan baik kurikulum tenaga pendidikan, sarana prasarana, sistem pengelolaan, maupun berupa faktor lingkungan alamiah dan lingkungan sosial, dengan peserta didik sebagai subjeknya.
Salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan kegiatan belajar-mengajar, adalah model pembelajaran belajar. Dalam rangka mengupayakan peningkatan kualitas program pembelajaran perlu dilandasi dengan pandangan sistematik terhadap proses pembelajaran, yang juga harus didukung dengan upaya pendayagunaan sumber belajar di antaranya internet.
Untuk mewujudkan kualitas pembelajaran, perlu ditempuh upaya-upaya yang bersifat komprehensif terhadap kemampuan guru dalam memanfaatkan internet sebagai sumber belajar. Jangan membiarkan mereka mengajar secara rutin apa adanya sehingga pembelajaran berkesan teacher center.
Internet saat ini bisa dibilang merasuk ke semua sisi kehidupan kita. Tak ada yang tak terimbas olehnya. Salah satunya adalah dunia pendidikan kita. Bila dulu kegiatan belajar mengajar lebih banyak mengandalkan metode konvensional dengan pertemua tatap muka antara pengajar dan peserta didik, dengan kemudahan internet saat ini, semua itu tak lagi jadi harga mati. Berdasarkan data yang dikutip dari majalah internet Chip, kecepatan internet Indonesia terus mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2012, rata-rata kecepatan akses internetnya yaitu sekitar 1,2 Mbps (chip.co.id). Bahkan di tahun 2013 ini, Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring yakin koneksi Internet di kota-kota besar di Indonesia bisa setara dengan Korea Selatan, negara dengan kecepatan akses internet nomor satu didunia dengan 54 Mbps (antaranews.com).
Pembelajaran online (e-learning) memungkinkan siswa mempunyai kendali lebih besar terhadap kegiatan dan isi pembelajaran. Lingkungan online menempatkan siswa di tengah-tengah pengalaman belajar. Internet mendorong siswa untuk menggali informasi dan contoh praktis. Hypermedia dan multimedia memudahkan pendekatan yang belum pernah terjadi pada pembelajaran tradisional. Internet dapat memberikan suatu alternatif jenis belajar dengan melakukan (learning by doing) dimana para siswa diminta untuk mencari informasi sendiri dan melakukan proyek yang berhubungan dengan situasi hidup nyata.
Oleh karena perkembangan e-learning yang relatif masih baru, definisi dan implementasi sistem e-learning sangatlah bervariasi. Hal ini disebabkan antara lain karena belum adanya pola yang baku dalam implementasi e-learning, keterbatasan sumber daya manusia baik pengembang maupun staf pengajar dalam e-learning, keterbatasan perangkat keras maupun perangkat lunak, keterbatasan biaya dan waktu pengembangan. Adapun dalam proses belajar mengajar yang sesungguhnya, terutama di negara yang koneksi internetnya sangat lambat, pemanfaatan sistem e-learning tersebut bisa saja digabung dengan sistem pembelajaran konvensional yang dikenal dengan sistem blended learning atau hybrid learning.
Konsep e-learning dengan metode Blended Learning berbasis komunitas ini, nantinya diharapkan mampu memberikan peningkatan kualitas belajar peserta didik dengan menggunakan teknologi digital. Dengan menggunakan konten ini, bisa menambah variasi dari sisi pembelajaran dimana dapat memfasilitasi peserta didik dan guru dalam melakukan kegiatan akademik dimana dan kapan saja sepanjang terdapat koneksi internet. Oleh karena itu judul yang diangkat dalam karya tulis ini adalah : Penerapan Blended Learning Berbasis Komunitas Pada Pembelajaran Kimia SMA di Era Global Melalui Learning Management System (LMS).
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah : bagaimana konsep Penerapan Blended Learning Berbasis Komunitas Pada Pembelajaran Kimia SMA dan Melalui Learning Management System (LCMS) ?
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam karya tulis ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep Penerapan Blended Learning Berbasis Komunitas Pada Pembelajaran Kimia SMA dan Kimia Dasar Perguruan Tinggi Melalui Learning Management System (LMS).
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya tulis ini adalah:
Bagi Pemerintah
Memberikan rekomendasi berupa konsep program pendidikan dengan metode Blended Learning Berbasis Komunitas, agar dapat diadopsi dalam kurikulum pendidikan dari jenjang sekolah menengah atas (SMA).
Pendidik (Guru)
Konsep Blended Learning Berbasis Komunitas dapat mejadi salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat menarik minat para peserta didik karena dihubungkan langsung dengan berbagai sumber ilmu yang tersedia melalui internet.
Bagi Penulis
Memaksimalkan fungsi mahasiswa sebagai agent of change dengan melakukan respon intelektual dalam bentuk karya tulis yang bertujuan memberikan kontribusi untuk perubahan yang lebih baik pada masyarakat.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Kajian Teori
A. Kajian Definitif dan Konsep Blended Learning
Blended Learning (BL) merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua suku kata, blended dan learning. Blended merupakan campuran atau kombinasi yang baik, sedangkan learning merupakan pembelajaran. Model Blended Learning ini pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual. Menurut Semler (2005) dalam:
“Blended learning combines the best aspects of online learning, structured face-to-face activities, and real world practice. Online learning systems, classroom training, and on-the-job experience have major drawbacks by themselves. The blended learning approach uses the strengths of each to counter the others’ weaknesses.”
Blended learning merupakan suatu upaya untuk menggabungkan kegiatan belajar konvensional (tatap muka) dengan belajar menggunakan komputer atau perlengkapan elektronik berdasarkan petunjuk dari pendidik dimana materi dapat berbentuk media digital yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar konvensional. Sebagai contoh, kegiatan proses belajar mengajar secara konvensional yang biasa dilakukan sebanyak 7 kali pertemuan didalam kelas dapat dirubah menjadi 5-6 kali tatap muka dan 1 kali tatap muka berupa pertemuan online dan hal ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan proses belajar mengajar yang ada.
E-learning sering kali dibandingkan dengan pembelajaran tradisional yang menggunakan tatap muka (face to face). Tetapi pada prinsipnya akan lebih berarti ketika e-learning digunakan bersama-sama dengan pembelajaran tradisional secara harmonis yang bisa diakses kapan saja, di mana saja 24 jam sehari, 7 hari seminggu untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar mengajar. Proses pembelajaran yang yang demikian disebut blended learning.
Blended Learning sering digunakan untuk makna yang sama dengan istilah hybrid dan mix-learning. Tiga istilah ini secara praktis mengkonvergensi bahan- bahan elektronik dengan interaksi di dalam kelas.
Gambar 2: posisi Blended Learning dalam pembelajaran
Pendekatan Ini menjadikan pembelajaran lebih personal dengan pemberian instruksi yang berbeda antara satu peserta dengan peserta yang lain.
B. Pembelajaran Berbasis Komunitas
Pendidikan berbasis komunitas (community-based education) merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup. Sebagai implikasinya, pendidikan menjadi usaha kolaboratif yang melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya. Partisipasi pada konteks ini berupa kerja sama antara pendidik dengan peserta didik bahkan orang tua dalam merencanakan, melaksanakan, menjaga dan mengembangkan aktivitas pendidikaan (Herviantoro, 2009).
Dengan demikian, pendekatan pendidikan berbasis komunitas adalah salah satu pendekatan yang menganggap peserta didik sebagai agen sekaligus tujuan, melihat pendidikan sebagai proses dan menganggap guru sebagai fasilitator yang dapat menyebabkan perubahan menjadi lebih baik. Dari sini dapat ditarik pemahaman bahwa pendidikan dianggap berbasis komunitas jika tanggung jawab perencanaan hingga pelaksanaan berada dalam tanggung jawab bersama antara elemen pendidik, peserta didik dan orang tua. Pembelajaran berbasis komunitas bekerja atas asumsi bahwa setiap peserta didik secara alami telah dibekali potensi untuk mengatasi masalahnya sendiri berdasarkan sumber daya yang mereka miliki serta pemanfaatannya melalui peran pendidik sebagai fasilitator.
C. Pembelajaran Kimia
Belajar merupakan serangkaian upaya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap serta nilai peserta didik, baik kemampuan intelektual, sosial, afektif, maupun psikomotor (Ibrahim, 2003). Belajar yang baik yaitu melalui pengalaman yang melibatkan panca indera. Seseorang dapat mengetahui sesuatu dengan cara berinteraksi terhadap objek dan lingkungan melalui proses melihat, mendengar, menjamah, membau, dan merasakan. Proses belajar yang mengikutsertakan emosi dan perasaan peserta didik ternyata akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hanya memanipulasi stimuli dari luar saja.
Di dalam proses belajar terdapat dua fenomena, yaitu : 1) keterampilan intelektual yang meningkat sejalan dengan meningkatnya usia serta latihan yang diperoleh individu, 2) belajar akan lebih cepat jika strategi kognitif dapat digunakan dalam memecahkan masalah. Hal demikian dijelaskan oleh Ibrahim (2003, 25) bahwa anak pada jenjang usia atau kelas yang lebih tinggi, memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari yang dibawahnya, oleh karena itu dalam memilih bahan dan metode pembelajaran, seorang guru hendaknya memperhatikan dan menyesuaikannya dengan kemampuan-kemampuan anak tersebut.
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Lilik, 2008 : 12). Pembelajaran kimia yang baik adalah pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik. Pengalaman belajar dapat diperoleh melalui aktivitas pembelajaran yang melibatkan sejumlah metode belajar. Dalam hal ini metode sangat penting digunakan sebagai langkah untuk merangsang stimulus peserta didik dan salah satu metode yang cocok dalam pembelajaran masa kini yaitu model pembelajaran Blended Learning berbasis komunitas. Dengan demikian, kualitas pembelajaran harapannya dapat ditingkatkan dari sekedar menghapal menjadi memahami konsep kimia secara lebih baik.
D. Mengenal Learning Management System (LMS)
Sistem pembelajaran manajemen (LMS) adalah teknologi yang berkaitan dengan sistem manajemen pembelajaran yang difokuskan pada manajemen, pengembangan dan penerbitan konten yang biasanya akan dikirimkan melalui sebuah web (web-based). Sebuah LMS merupakan lingkungan multi-user dimana pengembang dapat membuat, menyimpan, menggunakan kembali, mengelola, dan mengirimkan konten pembelajaran digital dari sebuah objek pusat repositori (id.wikipedia.org).
Pengembangan Learning Content Management System yang Mendukung Peningkatan Efektifitas Proses Belajar Jarak Jauh E-learning merupakan usaha untuk membuat transformasi proses belajar-mengajar yang ada di sekolah ke dalam bentuk digital yang di jembatani oleh teknologi Internet. E-learning dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk kelas maya. Artinya siswa dan pengajar tidak harus bertatap muka secara langsung untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar seperti layaknya di dalam kelas, melainkan mereka berinteraksi secara tidak langsung melalui komputer mereka masing-masing yang terhubung dengan Internet. Sebuah pendekatan untuk mengembangkan e-learning adalah menggunakan teori games. Teori ini dikemukakan berdasar pengamatan terhadap perilaku para penggemar games komputer. Selama bermain games, para pemain akan dibuat hanyut dengan karakter yang dimainkannya sehingga mampu duduk berjam-jam untuk memainkan permainan tersebut dengan senang hati.
Perancangan sistem e-learning ada beberapa syarat yang wajib dipenuhi yaitu sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta dalam memanfaatkan teknologi yang ada. Learning Content Management System (LMS) menyediakan cara yang efektif untuk membuat, menggunakan kembali, menyampaikan, mengelola, dan memperbaiki materi pembelajaran. Saat ini sudah banyak tersedia berbagai macam LMS, salah satunya yaitu Edmodo
• Edmodo
Edmodo adalah platform media sosial yang sering digambarkan sebagai Facebook untuk sekolah dan dapat berfungsi lebih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan. Edmodo merupakan aplikasi yang menarik bagi guru dan siswa dengan elemen sosial yang menyerupai Facebook, tapi sesungguhnya ada nilai lebih besar dalam aplikasi edukasi berbasis jejaring sosial ini.
Edmodo (dirancang oleh pendidik) yang juga berbasis cloud kolaborasi merupakan aplikasi yang cukup aman digunakan oleh guru dan siswa. Seorang guru, sekolah,kabupaten/kecamatan dapat dengan mudah mengelola sebuah sistem yang menyediakan fitur terbaik dan praktis menghilangkan kecemasan kita terhadap aktivitas yang biasa siswa lakukan dengan internet khususnya facebook.
Dengan platform ini pengguna akan lebih mudah untuk memonitor interaksi siswa dalam Edmodo learning environment. Tidak ada yang bisa masuk ke ruang Edmodo pengguna tanpa undangan, dan siswa tidak dapat menggunakannya untuk berhubungan dengan orang asing seperti yang terjadi di facebook. Pengguna (guru) dapat dengan mudah mengetahui jika ada pelanggar/penyusup/orang asing yang terdaftar di kelas yang Anda kelola dengan Edmodo.
Penelitian yang Relevan
Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan penulis, ada beberapa penelitian yang telah dilakukan penliti lain yang relevan dengan karya tulis tulis ini, yaitu jurnal yang ditulis oleh M.Yusuf dengan judul “Mengenal Blended Learning” pada tahun 2009 dan Jurnal yang ditulis oleh Murdiono Purba dengan judul “Perancangan dan Implementasi Content pembelajaran online dengan metode Blended Learning”. Kedua referensi diatas menjadi sumber utama penulis dalam menyusun karya tulis ini.
Pada penelitian-penelitian sebelumnya belum ada yang membahas tentang metode pembelajaran Blended Learning dengan pendekatan Community Based Learning. Oleh karena itu penulis mencoba sebuah gagasan baru yaitu merancang suatu model pembelajaran yang kemudian diberi nama Blended Learning Berbasis Komunitas melalui Learning Management System (LMS) yaitu Edomodo. Sehingga diharapkan melalui penulisan karya tulis ini kami dapat memberikan inovasi baru dalam pengembangan suatu model pembelajaran yang baru dan menarik bagi peserta didik dan nantinya diharapkan dapat meningkatkan kemampaun pemahaman suatu materi pelajaran secara lebih baik.
3. Kerangka Berpikir
Sejak awal pendidik perlu merancang rencana pembelajarannya sedemikian rupa agar dalam implementasi pembelajaran para peserta didik juga dapat memanfaatkan teknologi. Kenyataannya, masih sedikit para pendidik (guru) yang menyadari dan merasa penting untuk memanfaatkan teknologi dalam implementasi pembelajaran yang telah disiapkannya. Kondisi ini kurang memotivasi para siswa untuk memanfaatkan teknologi dalam hal ini media komputer dan internet dalam aktivitas belajarnya.
Pada era globalisasi dimana perkembangan teknologi telah berkembang pesat, banyak sekolah, perguruan, lembaga yang telah menggunakan teknologi modern. Penggunaan teknologi untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan, khususnya pembelajaran juga telah berkembang pesat. Media elektronik dan internet dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mendukung pembelajaran. Mengikuti perkembangan yang ada dalam melayani kepentingan pendidikan yang berbasis teknologi, pengajar dapat memanfaatkan sarana elektronik dan internet yang ada untuk kepentingan pembelajaran yang melibatkan mahasiswa secara langsung.
Blended learning berbasis komunitas melalui pemanfaatan LMS yaitu Edmodo merupakan suatu upaya untuk menggabungkan kegiatan belajar konvensional (tatap muka) dengan belajar menggunakan komputer atau perlengkapan elektronik. Pembelajaran berbasis komunitas ini difasilitasi oleh guru dengan memberikan petunjuk berupa materi tertulis atau dapat juga berbentuk media digital yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar konvensional. Sehingga melalui Blended Learning berbasis komunitas ini diharapkan dapat menambah pengalaman belajar siswa, mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran, dan melatih kemampuan siswa dalam pemnfaatan Teknologi Informasi dan Komuniasi (TIK) terhadap proses pembelajaran.
BAB III
METODE PENULISAN
Penulisan karya tulis ini diawali dengan mengangkat masalah lingkungan yang sering terjadi di masyarakat kemudian dibuat rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut diidentifikasi dengan teori dan jurnal yang berkaitan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, yaitu pengumpulan data dari berbagai sumber misalnya artikel-artikel di internet maupun jurnal dan buku literatur yang mendukung. Pengolahan data dalam karya tulis ini menggunakan analisis data kualitatif yaitu mendeskripsikan fenomena, mengklasifikasikannya, dan melihat bagaimana konsep-konsep yang muncul itu satu dengan yang lain berkaitan (Lexy J, 2004). Setelah data diolah kemudian dilakukan pembahasan yang akhirnya dapat dihasilkan simpulan dan saran.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Blended-Learning
Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak ditemukan komputer, walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended). Terjadinya pembelajaran, awalnya karena adanya tatap muka dan interaksi antara pengajar dan pebelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka guru memanfaatkan media cetak. Pada saat ditemukan media audio visual, sumber belajar dalam pembelajaran mengkombinasi antara pengajar, media cetak, dan audio visual. Namun terminologi blended learning muncul setelah berkembangkanya teknologi informasi sehingga sumber dapat diakses oleh pebelajar secara offline maupun online. Saat ini, pembelajaran berbasis blended learning dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka, teknologi cetak, teknologi audio, teknologi audio visual, teknologi komputer, dan teknologi m-learning (mobile learning).
Blended learning memiliki dua kategori utama, yaitu :
a. Peningkatan bentuk aktivitas tatap-muka (face to face). Banyak pengajar menggunakan istilah blended learning untuk merujuk kepada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam aktifitas tatap-muka, baik dalam bentuknya yang memanfaatkan internet (web-dependent) maupun sebagai pelengkap (web-supplemented) yang tidak merubah model aktifitas.
b. Hybrid learning: pembelajaran model ini mengurangi aktivitas tatap-muka (face to face) tapi tidak menghilangkannya, sehingga memungkinkan peserta didik untuk belajar secara online.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan pendidikan jarak jauh selanjutnya. Hal ini lah mengapa untuk saat ini sistem pembelajaran secara blended learning masih sangat baik di terapkan di Indonesia agar lebih dapat terkontrol secara tradisional juga.
B. Perkembangan Kognitif Siswa SMA dalam Kaitannya dengan Penerapan Blended Learning Berbasis Komunitas
Pada struktur teori perkembangan kognitif Piaget, siswa SMA dan Mahasiswa telah memasuki tahap operasi formal yaitu pada usia 11 tahun ke atas. Pada tahap ini, kemampuan siswa dan mahasiswa sudah berada pada tahap berpikir abstrak. Mereka mampu mengajukan hipotesa, menghitung konsekuensi yang mungkin terjadi serta menguji hipotesa yang mereka buat. Kalau dihadapkan pada suatu persoalan, siswa pada tahap perkembangan formal operasional mampu memformulasikan semua kemungkinan dan menentukan kemungkinan yang mana yang paling mungkin terjadi berdasarkan kemampuan berpikir analitis dan logis.
Menurut Piaget ada lima faktor yang menunjang perkembangan intelektual (kognitif) yaitu: kedewasaan (maturation), pengalaman fisik (physical experience), pengalaman logika matematika (logical mathematical experience), transmisi sosial (social transmission), dan proses keseimbangan (equilibrium) atau proses pengaturan sendiri (self-regulation). Menurut Erikson dalam Rusmiati (2011) seseorang pada usia 12-18 lebih tertarik melakukan pekerjaan yang mengungkap potensi dan peranannya dalam suatu kelompok.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif siswa SMA dan Mahasiswa di atas, maka para pendidik perlu menyesuaikan antara penerapan blended learning dengan perkembangan kognitif peserta didiknya. Dengan demikian, diharapkan penerapan blended learning berbasis komunitas dapat sesuai dengan kebutuhan siswa dan mengoptimalkan hasil belajar siswa.
C. Design Model Pembelajaran Bleded Learning
Program model blended learning mencakup beberapa bentuk alat pembelajaran, seperti real-time kolaborasi perangkat lunak, program berbasis web online, dan elektronik yang mendukung sistem kinerja dalam tugas lingkungan belajar, dan pengetahuan manajemen sistem. Model Blended learning berisi berbagai aktivitas kegiatan, termasuk belajar tatap muka, e-learning, dan kegiatan belajar mandiri. Blended learning sebagai model campuran pembelajaran yang dipimpin instruktur tradisional (guru), pembelajaran online secara synchronous , belajar mandiri dengan asynchronous, dan pelatihan terstruktur berbasis tugas dari seorang guru atau mentor. Tujuan blended learning adalah untuk menggabungkan pengalaman belajar kelas tatap muka dengan pengalaman belajar secara online. Secara keseluruhan, model blended learning mengacu dengan integrasi atau campuran yang disebut e-learning, alat dan teknik pengiriman tugas dengan pengajaran tatap muka tradisional yang digambarkan sebagai berikut:

Jika digambarkan dalam diagram setidaknya terdapat dua bagian penting yang membentuk metode blended, yaitu pembelajaran tatap muka, dan pembelajaran online.
1) Metode Pembelajaran Tatap Muka
Di dalam kegiatan pembelajaran terjadi interaksi dan penyampaian pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai melalui tatap muka di kelas. Proses tersebut untuk mewujudkan kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Dalam proses pembelajaran, tatap muka merupakan proses pembelajaran utama yang dilakukan di sebagian besar sekolah di Indonesia. Dalam proses ini, murid diberikan materi pembelajaran dan fungsi guru disini memberikan gambaran umum dari materi yang ada. Keaktifan siswa sangat diharapkan baik didalam ruangan maupun diluar ruangan misalnya mencari bahan materi dari buku atau dari sumber lain seperti internet. Selain itu, pembelajaran di kelas juga menggunakan sistem ISS IT (Interactice Soft Skill based Information Technology). Dalam menggunkan model pembelajaran tatap muka, guru diperkenankan untuk membuat strategi yang mampu mengaktifkan atau memancing murid sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dikarenakan biasanya pada awal pembelajaran guru belum mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan kepada siswa (Soekarno, 2011).
Dengan menggunakan sistem ISS IT (Interactice Soft Skill based Information Technology) murid didorong untuk mengumpulkan materi dan mempresentasikan di hadapan teman-temannya. Hal ini memupuk kemampuan interaksi dengan orang lain dan kepercayaan diri siswa. Siswa diharapkan dapat mengembangkan pola pikir pada saat proses belajar berlangsung, setelah mendapatkan materi dari guru, siswa dituntut untuk dapat mengembangkan materi tersebut melalui berbagai sumber ilmu.
2) Metode Pembelajaran On Line
Metode pembelajaran Online adalah model tutorial yang menggunakan jaringan komputer. Materi yang diberikan dalam bentuk naskah tutorial yang dapat diakses tanpa harus bertatap muka. Dalam model ini, guru harus mempersiapkan naskah tutorial yang memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Siswa tidak hanya mengkonsumen informasi saja. Mereka menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya. Siswa dan guru tidak perlu hadir secara fisik di kelas, karena siswa dapat mempelajari materi dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online. Siswa dapat belajar bekerjasama satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail untuk mendiskusikan materi pelajaran. Selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru siswa dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya. Guru menyediakan materi yang dianggap sulit untuk dipahami sendiri maupun secara bersama-sama dengan siswa yang lainnya kemudian setelahnya guru memberikan tugas. Sementara itu, siswa mempelajari serta menjawab tugas yang selanjutnya dikirim kembali ke guru untuk diperiksa.

D. Penerapan Blended Learning Berbasis Komunitas melalui Edmodo
Tujuan penerapan blended learning berbasis komunitas adalah untuk mendapatkan pembelajaran yang baik dimana metode konvensional memungkinkan untuk melakukan pembelajaran secara interaktif sedangkan metode online dapat memberikan materi secara online tanpa batasan ruang dan waktu sehingga dapat dicapai pembelajaran yang maksimal. Komunitas yang dibentuk melalui Edmodo dapat berupa komunitas sesama peserta didik, komunitas sesama pengajar dalam satu bidang, ataupun kolaborasi antara tiga komponen utama pendidikan yaitu guru, peserta didik dan orang tua.
Dalam penerapan Blended Learning berbasis komunitas melalui Edmodo, ada lima kunci yang harus dilakukan dalam mengembangkan Blended Learning berbasis komunitas (diadaptasi dari Jared M. Carmen, 2011 dalam Soekarno). Adapan ke-5 kunci tersebut yaitu:
1. Live Event
Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat berbeda (seperti virtual classroom). Pada pembelajaran Kimia SMA, misalkan pada materi kesetimbangan reaksi, maka guru harus tetap melakukan aktivitas pembelajaran tatap muka secara intens sesuai jadwal untuk menyelesaikan keseluruhan materi sirkulasi darah manusia sesuai SK dan KD. Disamping itu, guru juga dapat mengembangkan desain pembelajaran tatap muka secara online (virtual classroom).
2. Self-Paced Learning
Mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan peserta belajar belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan berbagai bahan belajar yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang bersifat text-based maupun multimedia-based (video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Pada pembelajaran Kimia SMA, misalnya pada materi struktur atom, guru perlu mendesain dan mengembangkan sumber belajar online dan offline bagi siswa. Sumber belajar tersebut misalnya adalah video dan animasi yang disajikan dalam paket pembelajaran online dan offline.
3. Collaboration
Collaboration yaitu pembelajaran dilakukan baik dengan kolaborasi antar pendidik, kolaborasi antar peserta didik maupun kolaborasi dengan melibatkan orang tua yang semuanya bisa dilakukan lintas sekolah. Melalui edomodo, berbagai kebutuhan fungsi dari kolaborasi sudah tersedia seperti chatroom, forum diskusi, email, website/webblog, dan mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan di dalam suatu komunitas yang dibentuk melalui proses sosial atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem solving, project-based learning, dan lain sebagainya.

4. Assessment
Dalam proses pembelajaran, tentu tidak boleh dilupakan bagaimana cara untuk mengukur keberhasilan belajar (teknik assessment). Dalam blended learning berbasis komunitas, assesment dapat diberikan salah satunya melalui pemberian kuis dan tugas yang dapat diatur mekanisme cara menjawab dan batas waktu pengumpulannya secara online langsung melalui Edmodo.
5. Performance Support Materials
Bahan belajar yang disiapkan bisa dalam bentuk digital, misalnya bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta didik baik secara offline (dalam bentuk CD, MP3, DVD, dll) maupun secara online (via website resemi tertentu). Jika pembelajaran online dibantu dengan suatu Learning Management System (LMS) yaitu melalui Edmodo, sehingga seluruh peserta didik dalam suatu class ataupun komunitas dapat mengakses materi yang diberikan oleh guru.
E. Implikasinya blended learning Berbasis komunitas terhadap proses pembelajaran Kimia SMA
Implikasi penerapan blended learning berhubungan erat dengan kelebihan dan kekurangan blended learning itu sendiri. Kelebihan blended learning adalah sebagai berikut.
- Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi.
- Pembelajaran lebih efektif dan efisien
- Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan guru atau peserta didik lain diluar jam tatap muka.
Sedangkan kekurangan blended learning adalah sebagai berikut.
- Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana kurang mendukung.
- Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan penerapan blended learning berbassis komunitas tersebut di atas, maka implikasi penerapannya bagi guru adalah sebagai berikut.
- Guru sebaiknya menguasai dan terampil menggunakan TIK,
- Guru sebaiknya dapat memilah dan memilih materi yang digunakan pada pembelajaran tatap muka dan e-learning. Termasuk didalamnya pembelajaran e-learning online dan offline.
Kemudian, implikasi penerapan blended learning pada peserta didik adalah sebagai berikut.
- Peserta didik harus terampil menggunakan teknologi informasi dan komunikasi,
- Peserta didik harus dapat memilih dan memilah sumber belajar yang baik dan relevan dengan materi-materi yang sedang dipelajari,
- Peserta didik perlu meningkatkan interaksi dan komunikasi dengan guru dan sesama peserta didik untuk menghindari munculnya miskomunikasi dalam proses belajar, misalnya tentang jadwal online (virtual classroom)
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
- Blended Learning berbasis komuintas merupakan proses pembelajaran yang memanfaatkan berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi. Pembelajaran berlangsung merupakan kombinasi model pembelajaran secara konvensional (tatap muka), mandiri, dan mandiri via online.
- Komunitas pada konteks ini merupakan kerja sama dan kolaborasi antara pendidik dengan peserta didik bahkan orang tua dalam merencanakan, melaksanakan, menjaga dan mengembangkan aktivitas pendidikaan.
- Bahan belajar mandiri secara offline disiapkan dalam bentuk digital, seperti dalam bentuk Media Flash, Slide Power Point, video pembelajaran, aplikasi mobile phone dan lain sebagainya. Sedangkan bahan belajar mandiri secara online disiapkan melalui website resmi tertentu..
Rekomendasi dan Saran
- Agar program ini dapat diadopsi dan dipraktekkan di lapangan dibutuhkan sosialiasi kepada semua pihak yang terlibat dan uji coba di lapangan, untuk mengukur keberhasilan program ini.
- Agar pelaksanaan program ini sukses, perlu adanya kesepahaman dan komitmen yang kuat antara semua pihak yang terlibat. Beberapa cara untuk mengembagkan konsep Blended Learning berbasis komunitas yaitu : (1) Sering melakukan sharing atau diskusi tentang pemanfaatan TIK antar sesama pendidik; (2) Meningkatkan motivasi baik pendidik maupun peserta didik mengenai pemanfaatan TIK di era globalisasi seperti sekarang.
- Perlunya diadakan evaluasi pelaksanaan program ini oleh berbagai pihak yang terlibat. Agar dapat diadakan perbaikan terus menerus pada berbagai aspek kegiatan yang masih dirasa kurang dan memerlukan pembenahan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. LMS (Learning Management system) for education. [ONLINE] http://www.id.wikipedia.org /wiki/Learning_Management_System [diakses 20-3-13 – 9.00]
Herviantoro, Ardiego. 2009. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan Berbasis Komunitas. Skripsi. FISIP Universitas Indonesia
Ibrahim, R. dan Nana Syaodih S. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta (Depdikbud).
Lexy , J. Moleong. 2004. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda
Lilik Prihastuti. (2008). Implementasi Pembelajaran Kimia Dalam Menghadapi Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada SMA di Wilayah Kulon Progo. Skripsi. Yogyakarta : Jurdik Kimia FMIPA UNY
Rismayanti, Anti. 2012. Mengenal Lebih dekat Edmodo sebagai Media e-learning dan Kolaborasi. [Ebook] http://www.seamolec.org [diakses pada 15 maret 2013]
Rusmiati. 2011. Penerapan Blended Learning Pada Pembelajaran Fisika SMA Dan Fisika Dasar di Perguruan Tinggi . Makalah Pasca Sains UNESA
Purbo, Murdiono, dkk. 2011. Perancangan dan Implementasi Content pembelajaran Online dengan Metode Blanded Learning. Penelitian. Jurusan Teknik Elektro FT UNSRAT.
Soekarno. 2011. Blended Learning Sebuah Alternatif Model Pembelajaran Mahasiswa Program Sarjan (S-1) Kependidikan Bagi Guru dalam Jabatan. Makalah Penelitian. PGSD Universitas Sebelas Maret.
Yusuf, M. 2011. Mengenal Blended Learning. Jurnal Lentera Pendidikan. Vol 14. 20 Desember 2011 232-242
http://www.antaranews.com/berita/325351/menkominfo-internet-lokal-setara-korea-selatan-jika-wimax-3g-lancar-2013 [diakses pada 3 april 2013 – 8.00 WIB]
http://www.chip.co.id/news/web_internet/4948/kecepatan_internet_indonesia_naik_54_persen [diakses pada 3 april 2013 – 8.30 WIB]
http://blog.edmodo.com [diakses pada 20 maret 2013 pukul 21.00 WIB]