Teh Bunga Tapak Dara sebagai Minuman alternatif Pencegah Kanker
Pembuatan Teh Bunga Tapak Dara sebagai Minuman alternatif Pencegah Kanker
Oleh :
Arif Yoga Pratama, Ari Purnomo
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas, mempunyai kurang lebih 35.000 pulau yang besar dan kecil dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang sangat tinggi. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 sampai dengan 150 famili tumbuh-tumbuhan, dan dari jumlah tersebut sebagian besar mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman industri, tanaman buah-buahan, tanaman rempahrempah dan tanaman obat-obatan (Nasution, 1992).
Tapakdara (Catharanthus roseus) banyak dipelihara sebagai tanaman hias. Tapakdara sering dibedakan menurut jenis bunganya, yaitu putih dan merah. Tumbuhan semak tegak yang dapat mencapai ketinggian batang sampai 100 cm ini, sebenarnya merupakan tumbuhan liar yang biasa tumbuh subur di padang atau dipedesaan beriklim tropis. Ciri-ciri tumbuhan Tapakdara : memiliki batang yang berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil, berkayu, beruas dan bercabang serta berambut. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau dan diklasifikasikan berdaun tunggal. Bunganya yang indah menyerupai terompet dengan permukaan berbulu halus. Tapakdara juga memiliki rumah biji yang berbentuk silindris menggantung pada batang. Penyebaran tumbuhan ini melalui biji.Tapak dara (Catharantus roseus (L) G. Don) merupakan jenis tanaman yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Tanaman tapak dara (Catharantus roseus (L) G. Don) mengandung alkaloid vinblastine, vincristine,leurosine, catharanthine, dan lochnerine yang berkhasiat sebagai antikanker(Hariana, 2006).
Leukemia dalah penyakit kanker ganas yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).Pengobatan dan pencegahan secara medis terhadap penyakit kanker melalui pengangkatan tumor, kemoterapi atau radioterapi, diakui oleh para pakar sering ditemui kendala. Pasalnya, tak seberapa lama seusai pengobatan, kankernya bisa timbul kembali. Pakar penyakit kanker Walter H Lewis, dalam Medical Botany, menyebutkan, ada beberapa faktor yang berperan dalam tumbuhnya kanker. Antara lain gangguan hormonal (terutama estrogen pada wanita), luka berat, kegagalan dalam perawatan setelah kehamilan, penyakit peradangan tumor jaringan ikat(fibrocytis) dan gangguan virus pada kelenjar susu. Berkaitan dengan kejadian- kejadian seperti ini, sebagian penderita kanker mengubah cara pengobatan dengan tanaman (herb therapy) dengan bermacam-macam alasan. Cara pengobatan alternatif dengan tanaman ternyata banyak membantu para penderita, sehingga dilakukanlah upaya-upaya penelitian dalam bidang etnobotani maupun farmakologinya, terhadap beberapa tumbuhan yang digunakan. Berdasar ulasan tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian tanaman tapak dara sebagai obat leukemia. Salah satunya yaitu dengan pemanfaatan daun dan bunga tapak dara sebagai pembuatan teh yang kaya akan antioksidan.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
- Bagaimana proses pembuatan teh daun dan bunga tapak dara (Catharanthus roseus (L.) G. Don) ?
- Bagaimana kualitas teh daun dan bunga tapak dara (Catharanthus roseus (L.) G. Don) ditijau dari aktifitas antioksidan,kadar air, abu,dan phenol ?
1.
Deskripsi
Teori
Deskripsi
Teori
a. Tapak Dara (Catharanthus
roseus (L.) G. Don)
roseus (L.) G. Don)
Tapak
dara banyak dipelihara sebagai tanaman hias. Tanaman ini merupakan tumbuhan
semak tegak yang mencapai ketinggian antara 100 cm – 120 cm dan juga merupakan
tumbuhan liar yang biasa tumbuh subur di padang atau di pedesaan beriklim
tropis. Batang tanaman tapak dara berbentuk bulat dengan diameter berukuran
kecil, berkayu, beruas, bercabang, serta berambut. Daunnya agak tebal dan
mengkilap, berbentuk bulat telur dan tersusun berhadapan, berwarna hijau tua,
diklasifikasikan berdaun tunggal, jumlah daun banyak sehingga terkesan rimbun.
Bunganya yang indah ada yang berwarna merah keunguan atau putih, mahkota
berjumlah lima, merupakan bunga majemuk yang keluar dari ujung tangkai maupun
ketiak daun (Hariana, 2006) (Gambar 1).
dara banyak dipelihara sebagai tanaman hias. Tanaman ini merupakan tumbuhan
semak tegak yang mencapai ketinggian antara 100 cm – 120 cm dan juga merupakan
tumbuhan liar yang biasa tumbuh subur di padang atau di pedesaan beriklim
tropis. Batang tanaman tapak dara berbentuk bulat dengan diameter berukuran
kecil, berkayu, beruas, bercabang, serta berambut. Daunnya agak tebal dan
mengkilap, berbentuk bulat telur dan tersusun berhadapan, berwarna hijau tua,
diklasifikasikan berdaun tunggal, jumlah daun banyak sehingga terkesan rimbun.
Bunganya yang indah ada yang berwarna merah keunguan atau putih, mahkota
berjumlah lima, merupakan bunga majemuk yang keluar dari ujung tangkai maupun
ketiak daun (Hariana, 2006) (Gambar 1).
Nama umum
Indonesia:
|
Tapak dara, rutu-rutu, kembang
serdadu |
Inggris:
|
Madagascar periwinkle, rose
periwinkle |
Melayu:
|
kemunting cina
|
Vietnam:
|
hoa hai dang
|
Pilipina:
|
Tsitsirika
|
Cina:
|
chang chun hua
|
Gambar
1. Daun Tapak Doro
1. Daun Tapak Doro
(sumber:http://jepretanhape.files.wordpress.com/2009/03/bunga-tapak-dara-4096.jpg)
Adapun
klasifikasi tanaman Tapak Doro, yaitu:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
klasifikasi tanaman Tapak Doro, yaitu:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divis : Spermatophyta (Menghasilkan bij
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua /
dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Ordo : Gentianales
(Gembong,
1994)
1994)
Tapak
dara mengandung lebih dari 70 macam alkaloid. 2 jenis alkaloid yang ditemukan
pada daunnya, vinblastine
dan vincristine,
merupakan anti kanker
aktif yang dapat digunakan pada kemoterapi. Vinblastine digunakan untuk
penderita Hodgkin’s disease
dan vincristine digunakan untuk anak-anak penderita leukemia. Dengan digunakannya vincristine,
anak-anak penderita leukimia yang selamat meningkat dari 20 menjadi 80 persen.
Vincristine, disamping dipakai dalam pengobatan leukemia, juga kanker payudara,
dan tumor ganas lainnya. Selain itu ada juga kandungan Vindesine yang dipakai dalam pengobatan leukemia
pada anak-anak, dan penderita tumor pigmen, dan Vinorelbine yang seringkali digunakan sebagai bahan
pengobatan untuk mencegah pembelahan kelenjar. Selain vinblastine (VLB) dan
vincristine (VCR), alkaloid anti kanker lainnya adalah leurosine (VLR),
vincadioline, leurosidine, catharanthine, dan lochnerine. Sementara alkaloid
berefek hipoglikemik
(menurunkan
kadar gula darah)
adalah leurosine, catharanthine, lochnerine, tetrahydroalstonine, vindoline,
dan vindolinine. (http://kembangbungaku.blogspot.com/2009/03/tapak-dara-catharanthus-roseus-l-g-don.html)
dara mengandung lebih dari 70 macam alkaloid. 2 jenis alkaloid yang ditemukan
pada daunnya, vinblastine
dan vincristine,
merupakan anti kanker
aktif yang dapat digunakan pada kemoterapi. Vinblastine digunakan untuk
penderita Hodgkin’s disease
dan vincristine digunakan untuk anak-anak penderita leukemia. Dengan digunakannya vincristine,
anak-anak penderita leukimia yang selamat meningkat dari 20 menjadi 80 persen.
Vincristine, disamping dipakai dalam pengobatan leukemia, juga kanker payudara,
dan tumor ganas lainnya. Selain itu ada juga kandungan Vindesine yang dipakai dalam pengobatan leukemia
pada anak-anak, dan penderita tumor pigmen, dan Vinorelbine yang seringkali digunakan sebagai bahan
pengobatan untuk mencegah pembelahan kelenjar. Selain vinblastine (VLB) dan
vincristine (VCR), alkaloid anti kanker lainnya adalah leurosine (VLR),
vincadioline, leurosidine, catharanthine, dan lochnerine. Sementara alkaloid
berefek hipoglikemik
(menurunkan
kadar gula darah)
adalah leurosine, catharanthine, lochnerine, tetrahydroalstonine, vindoline,
dan vindolinine. (http://kembangbungaku.blogspot.com/2009/03/tapak-dara-catharanthus-roseus-l-g-don.html)
b.
Antioksidan
Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang mampu
menghilangkan, membersihkan, menahan pembentukan ataupun memadukan efek spesies
oksigen reaktif. Penggunaan senyawa antioksidan juga anti radikal saat ini
semakin meluas seiring dengan semakin besarnya pemahaman masyarakat tentang
peranannya dalam menghambat penyakit degeneratif seperti penyakit jantung,
arteriosclerosis, kanker, serta gejala penuaan. Masalah-masalah ini berkaitan
dengan kemampuan antioksidan untuk bekerja sebagai inhibitor (penghambat)
reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang menjadi salah satu pencetus
penyakit-penyakit di atas (Tahir dkk, 2003).
menghilangkan, membersihkan, menahan pembentukan ataupun memadukan efek spesies
oksigen reaktif. Penggunaan senyawa antioksidan juga anti radikal saat ini
semakin meluas seiring dengan semakin besarnya pemahaman masyarakat tentang
peranannya dalam menghambat penyakit degeneratif seperti penyakit jantung,
arteriosclerosis, kanker, serta gejala penuaan. Masalah-masalah ini berkaitan
dengan kemampuan antioksidan untuk bekerja sebagai inhibitor (penghambat)
reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang menjadi salah satu pencetus
penyakit-penyakit di atas (Tahir dkk, 2003).
Tubuh manusia menghasilkan senyawa antioksidan, tetapi
jumlahnya sering kali tidak cukup untuk menetralkan radikal bebas yang masuk ke
dalam tubuh (Sofia, 2006; Hernani dan Rahardjo, 2005). Sebagai contoh, tubuh
manusia dapat menghasilkan Glutathione, salah satu antioksidan yang
sangat kuat, hanya tubuh memerlukan asupan vitamin C sebesar 1.000 mg untuk
memicu tubuh menghasilkan glutathione ini. Kekurangan antioksidan dalam
tubuh membutuhkan asupan dari luar. Bila mulai menerapkan pola hidup sebagai
vegetarian akan sangat membantu dalam mengurangi resiko keracunan akibat
radikal bebas. Keseimbangan antara antioksidan dan radikal bebas menjadi kunci
utama pencegahan stress oksidatif dan penyakit-penyakit kronis yang dihasilkan
(Sofia, 2006).
jumlahnya sering kali tidak cukup untuk menetralkan radikal bebas yang masuk ke
dalam tubuh (Sofia, 2006; Hernani dan Rahardjo, 2005). Sebagai contoh, tubuh
manusia dapat menghasilkan Glutathione, salah satu antioksidan yang
sangat kuat, hanya tubuh memerlukan asupan vitamin C sebesar 1.000 mg untuk
memicu tubuh menghasilkan glutathione ini. Kekurangan antioksidan dalam
tubuh membutuhkan asupan dari luar. Bila mulai menerapkan pola hidup sebagai
vegetarian akan sangat membantu dalam mengurangi resiko keracunan akibat
radikal bebas. Keseimbangan antara antioksidan dan radikal bebas menjadi kunci
utama pencegahan stress oksidatif dan penyakit-penyakit kronis yang dihasilkan
(Sofia, 2006).
2.
Penelitian
yang Relevan
Penelitian
yang Relevan
Penelitian yang telah dilakukan oleh Gunawan, Yohanda,
Moesdarsono Asep Gana Suganda tentang
Studi Perbandingan Kadar Vinblastin dan Vinkristin daun Catharanthus roseus
(L) G. Don. Berasal dari Tangerang dan Bandung. alkaloid Catharanthus
roseus diekstraksi dari serbuk daun Catharanthus roseus dengan
pelarut etanol, kloroform, aseton, atau etilasetat dengan metode ekstraksi
sinambung dengan ekstraktor Soxhlet. Pemisahan alkaloid dengan metode
kromatografi lapis tipis dimana fase diam: silika gel G dan silika gel 60 F254.
Fase gerak: benzena, kloroform, etil asetat, campuran etil asetat-etanol
absolut (1:1), campuran etil asetat-etanol absolut (3:1), campuran
kloroform-metanol (7:3), dan campuran kloroform-metanol (9:1). Penampak noda:
sinar ultraviolet. Penetapan kadar alkaloid dengan metode
spektrofotodensitometer: noda kromatogram lapis tipis diukur dengan
spektrofotodensitometer Shimadzu CS-910. Kadar noda zat dihitung dengan kurva
kalibrasi (garis regresi). Penentuan kadar viblastin dan vinkristin dengan
metode spektrofotodensitometri, dipakai lmax 260 nm (vinblastin) dan 300 nm
(vinkristin). Kadar vinblastin sampel Bandung (9,1 ± 2,1 mg/g) 6,59%
lebih besar daripada kadar vinblastin sampel Tangerang (8,5 ± 2,5 mg/g),
sedangkan kadar vinkristin sampel Bandung (8,7 1 ± 2,2 mg/g) 6,90% lebih
besar daripada kadar vinkristin sampel Tangerang (8,1 ± 2,6 mg/g). (http://bahan-alam.fa.itb.ac.id/detail.php?id=236)
Moesdarsono Asep Gana Suganda tentang
Studi Perbandingan Kadar Vinblastin dan Vinkristin daun Catharanthus roseus
(L) G. Don. Berasal dari Tangerang dan Bandung. alkaloid Catharanthus
roseus diekstraksi dari serbuk daun Catharanthus roseus dengan
pelarut etanol, kloroform, aseton, atau etilasetat dengan metode ekstraksi
sinambung dengan ekstraktor Soxhlet. Pemisahan alkaloid dengan metode
kromatografi lapis tipis dimana fase diam: silika gel G dan silika gel 60 F254.
Fase gerak: benzena, kloroform, etil asetat, campuran etil asetat-etanol
absolut (1:1), campuran etil asetat-etanol absolut (3:1), campuran
kloroform-metanol (7:3), dan campuran kloroform-metanol (9:1). Penampak noda:
sinar ultraviolet. Penetapan kadar alkaloid dengan metode
spektrofotodensitometer: noda kromatogram lapis tipis diukur dengan
spektrofotodensitometer Shimadzu CS-910. Kadar noda zat dihitung dengan kurva
kalibrasi (garis regresi). Penentuan kadar viblastin dan vinkristin dengan
metode spektrofotodensitometri, dipakai lmax 260 nm (vinblastin) dan 300 nm
(vinkristin). Kadar vinblastin sampel Bandung (9,1 ± 2,1 mg/g) 6,59%
lebih besar daripada kadar vinblastin sampel Tangerang (8,5 ± 2,5 mg/g),
sedangkan kadar vinkristin sampel Bandung (8,7 1 ± 2,2 mg/g) 6,90% lebih
besar daripada kadar vinkristin sampel Tangerang (8,1 ± 2,6 mg/g). (http://bahan-alam.fa.itb.ac.id/detail.php?id=236)
Penelitian yang telah dilakukan oleh Dingse Pandiangan
tentang Pengaruh Prekursor Triptofan Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan
Kataratin Kultur Agregat Sel Tapak Dara (Cataranthus roseus (L) G.
Don) dalam Erlenmeyer dan Bioreaktor Airlift. Dalam tumbuhan ini terdapat alkaloid
anti kanker seperti vinblastin, vinkristin, katarantin, leurosidin dan
leurosin. Semua senyawa anti kanker yang telah teridentifikasi dan
kemudian dikomersialkan kebanyakan berasal dari tumbuhan ini, terutama yang
berbunga putih,” tutur Dingse. Kandungan vinkristin pada tapak dara
adalah sebanyak 3 gram/ton tumbuhan kering, apalagi kandungan vinblastin
yang lebih rendah lagi. Padahal senyawa ini sangat dibutuhkan sebagai anti
kanker, dan banyak permintaan tinggi untuk menyediakan senyawa ini setiap tahunnya,”
jelas Dingse.
tentang Pengaruh Prekursor Triptofan Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan
Kataratin Kultur Agregat Sel Tapak Dara (Cataranthus roseus (L) G.
Don) dalam Erlenmeyer dan Bioreaktor Airlift. Dalam tumbuhan ini terdapat alkaloid
anti kanker seperti vinblastin, vinkristin, katarantin, leurosidin dan
leurosin. Semua senyawa anti kanker yang telah teridentifikasi dan
kemudian dikomersialkan kebanyakan berasal dari tumbuhan ini, terutama yang
berbunga putih,” tutur Dingse. Kandungan vinkristin pada tapak dara
adalah sebanyak 3 gram/ton tumbuhan kering, apalagi kandungan vinblastin
yang lebih rendah lagi. Padahal senyawa ini sangat dibutuhkan sebagai anti
kanker, dan banyak permintaan tinggi untuk menyediakan senyawa ini setiap tahunnya,”
jelas Dingse.
Selain mengandung senyawa
antikanker, tapak dara secara tradisional sudah banyak digunakan untuk
mengobati hipertensi, diabetes, leukimia, pendarahan akibat penurunan jumlah
trombosit,chorionic epthelioma, leukimia limfositik akut, leukimia
monositik akut, limfosarkoma dan sarkoma sel retikulum. (http://www.unpad.ac.id/archives/36960)
antikanker, tapak dara secara tradisional sudah banyak digunakan untuk
mengobati hipertensi, diabetes, leukimia, pendarahan akibat penurunan jumlah
trombosit,chorionic epthelioma, leukimia limfositik akut, leukimia
monositik akut, limfosarkoma dan sarkoma sel retikulum. (http://www.unpad.ac.id/archives/36960)
3.
Kerangka
Berpikir
Kerangka
Berpikir
Leukemia (kanker darah) adalah
jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh
sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh
manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi
sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa
oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses
pembekuan darah). Leukemia umumnya muncul pada diri
seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas
penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau
abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh
memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan
memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan
be-reproduksi kembali. Pada kasus leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak
merespon kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan
tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan
di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal
ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang
dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti;
mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.
jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh
sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh
manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi
sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa
oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses
pembekuan darah). Leukemia umumnya muncul pada diri
seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas
penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau
abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh
memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan
memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan
be-reproduksi kembali. Pada kasus leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak
merespon kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan
tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan
di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal
ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang
dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti;
mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.
Tumbuh-tumbuhan
di Indonesia terbukti mampu mencegah maupun mengobati kanker. Meski perlu
penelitian dan pengembangan lebih lanjut, sejumlah tanaman seperti kunyit
putih, daun dewa hingga benalu telah digunakan penderita kanker sebagai ikhtiar
mengobati penyakitnya.
di Indonesia terbukti mampu mencegah maupun mengobati kanker. Meski perlu
penelitian dan pengembangan lebih lanjut, sejumlah tanaman seperti kunyit
putih, daun dewa hingga benalu telah digunakan penderita kanker sebagai ikhtiar
mengobati penyakitnya.
Tanaman
yang masih termasuk keluarga Apocynaceae atau kamboja-kambojaan ini mengandung
dua senyawa golongan alkaloid vinka yakni vinkristin dan vinblastin yang
berkhasiat menghambat perbanyakan dan penyebaran sel kanker.
yang masih termasuk keluarga Apocynaceae atau kamboja-kambojaan ini mengandung
dua senyawa golongan alkaloid vinka yakni vinkristin dan vinblastin yang
berkhasiat menghambat perbanyakan dan penyebaran sel kanker.
Vinkristin
digunakan sebagai bahan pengobatan kanker bronkial, tumor ganas pada ginjal,
kanker payudara, leukemia dan berbagai jenis tumor ganas yang
awalnya menyerang urat saraf maupun otot. Tanaman yang di Sumatera disebut
rumput jalang itu juga mengandung alkaloid cabtharanthin yang diperkirakan
dapat mendesak dan melarutkan inti sel kanker.
digunakan sebagai bahan pengobatan kanker bronkial, tumor ganas pada ginjal,
kanker payudara, leukemia dan berbagai jenis tumor ganas yang
awalnya menyerang urat saraf maupun otot. Tanaman yang di Sumatera disebut
rumput jalang itu juga mengandung alkaloid cabtharanthin yang diperkirakan
dapat mendesak dan melarutkan inti sel kanker.
Oleh
karena itu ,perlu dilakukam penelitian terhadap tanaman yang
berpotensi sebagai obat alami. Salah satunya diantara adalah pemanfaatan tapak
dara (Catharanthus roseus (L.) G.
Don). Pemanfaatan daun dan kembang tapak dara sebagai obat leokemia karena tanaman
ini murah dan mudah diperoleh. Kandungan kimia dari tanaman ini adalah senyawa alkaloid anti kanker
yang paling utama, yaitu vinkristin dan vinblastin.
karena itu ,perlu dilakukam penelitian terhadap tanaman yang
berpotensi sebagai obat alami. Salah satunya diantara adalah pemanfaatan tapak
dara (Catharanthus roseus (L.) G.
Don). Pemanfaatan daun dan kembang tapak dara sebagai obat leokemia karena tanaman
ini murah dan mudah diperoleh. Kandungan kimia dari tanaman ini adalah senyawa alkaloid anti kanker
yang paling utama, yaitu vinkristin dan vinblastin.
Penelitian tantang pemanfaatan
tanaman tapak dara sebagai obat leukemia dilakukan dengan mengeringkan bunga
dan daunya untuk di jadikan teh celup. Untuk mengujian kandungan antioksidan
dalam teh tapak dara menggunakan metode spektofotometer yaitu teh diseduh dalam
air hangat. Air seduhan lalu di uji kandungannya.
tanaman tapak dara sebagai obat leukemia dilakukan dengan mengeringkan bunga
dan daunya untuk di jadikan teh celup. Untuk mengujian kandungan antioksidan
dalam teh tapak dara menggunakan metode spektofotometer yaitu teh diseduh dalam
air hangat. Air seduhan lalu di uji kandungannya.
A.
Metode
Penelitian
Metode
Penelitian
1. Jenis
penelitian
penelitian
Jenis
Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen yaitu pengenbangan yaitu mengembangkan suatu obat
alami untuk penyakit leukimia denga memanfaatkan bahan alam dari tanaman tapak
dara (Catharanthus roseus (L.) G.
Don).
Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen yaitu pengenbangan yaitu mengembangkan suatu obat
alami untuk penyakit leukimia denga memanfaatkan bahan alam dari tanaman tapak
dara (Catharanthus roseus (L.) G.
Don).
2. Subjek
dan Objek
dan Objek
a. Subjek
Penelitian
Penelitian
Subjek
penelitian adalah teh daun dan bunga tapak dara (Catharanthus
roseus (L.) G. Don).
penelitian adalah teh daun dan bunga tapak dara (Catharanthus
roseus (L.) G. Don).
Objek
penelitian adalah berapa aktifitas antioksidan teh daun dan bunga tapak dara (Catharanthus
roseus (L.) G. Don).
penelitian adalah berapa aktifitas antioksidan teh daun dan bunga tapak dara (Catharanthus
roseus (L.) G. Don).
3. Waktu
dan pelaksanaan
dan pelaksanaan
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia FMIPA UNY selama bulan April sampai bulan-Juli 2012.
Download full Proposal
Pic here