Blog

Teman Gue Hebat-hebat

Keren aja baca tulisannya sam kali ini. Cerita tentang masa muda “kejar-kejaran IPEKA” kira-kira cerita gw bakalan rada-rada mirip gak ya.., yang pasti ayookk kita bikin beda deh, ya gak calon? #eh ….. he.hee
Ada Ilmu dibalik canda yang bisa diserap maknanya. Semoga bermanfaat…

============_____________=======================

Kemaren gue BBM-an sama temen gue yang ketika tingkat dua dulu, dia resign kuliah untuk memilih hidup berkeluarga. Maksudnya, temen gue ini berhenti kuliah di tingkat dua, dan pergi mengikuti kemana suami pergi, meninggalkan semua memory yang terukir di kampus ini, alah.

Ehm… buat informasi aja, sebenernya kalo boleh jujur, temen gue itu adalah gebetan yang ninggalin gue dan nikah bersama pria lain. *nangisdarah *tisu mana tisu

Oke oke,

Ya… walaupun punya flashback cerita yang rada gimana, kita tetep menjalin silaturahmi dengan baik sampe sekarang. Walau sekarang dia sudah bersuami dan gue masih berstatus mencari, kita tetep saling berkomunikasi dan tidak ada dendam di antara kami, karena kami adalah sahabat sejati, asik.

Hehe, emang ada baiknya kalo jadi jomblo. Jomblo itu adalah spesies manusia yang punya banyak sahabat, karena setiap kali mereka nembak gebetannya, gebetannya bakal bilang, “Kita sahabatan aja yach?” (BUNUH AJA GUE!)

Anyway, nama mantan gebetan yang sekarang jadi sahabat gue itu bernama Wibi (disamarkan jadi nama asli). Dia adalah gadis cantik yang periang, berjilbab, doyan minta ditraktir, dan gue inget banget satu hal yang paling dia sukai, yaitu menertawakan ipeka gue yang jongkok. *emangbangke

Ya, sebagai SEOrang anak yang pernah muda dalam cinta, dulu kita suka main kejar-kejaran ipeka, kadang gue yang ketinggalan, kadang dia yang nyusruk di jalan. Begitulah aktifitas 2 mahasiswa muda yang saling mencinta, sukanya berlomba-lomba dalam ipeka, asik.

Kembali ke topik pembicaraan gue dengan Wibi via BBM

“Sam, kamu sibuk apa sekarang? Udah lulus?”, tanya Wibi to the point.

“…”, gue ngagna.

“Hahaha, maap maap.”

“Lagi proses nih Wi, kamu sekarang gimana? Udah punya momongan?”, gue gantian.

“…”, dia yang nganga.

“Hahaha, makanya jangan KB terus. Hehe, semoga cepet dapet momongan ya?”

“Aamiin, semoga kamu juga cepet lulus.”

Kemudian gue dan Wibi hidup bahagia selama-lamanya. TAMAT.

—–

Ada topik pembicaraan menarik antara kita berdua, tentunya bukan bicara masa lalu, karena masing-masing dari kita udah move on, ini penting. Kita berbicara tentang prospek masa depan sarjana dengan variable ipeka yang bervariasi.

“Sam, tau kabarnya si A gak?”

“Oh, dia sekarang udah S2 ke Jepang.”

“Oh gitu ya? Wajar sih, dia kan ipekanya tinggi.”

“He-em.”

“Terus si B gimana?”

“Dia juga ke Jepang, lagi nyari professor untuk beasiswa S2-nya.”

“WAH! Bisa ya? Kan ipeka dia dulu gak bagus-bagus banget, malah lebih bagus kamu, kok kamu malah belom lulus ya?”

“STOP!!!”

“…”

Kita kembali bercerita tentang beberapa temen kita yang punya ipeka dua, cum laude, dan yang lulus dengan predikat memuaskan.

“Ya begitulah Sam. Kalo aku sih mending milih laki-laki yang mapan daripada ber-ipeka tinggi doank.”

“Hahaha, gak heran kok.”

“…”

Eh iya Wi, si C punya ipeka 2, tapi digaji 5 juta. Terus si D lulus 14 semester, dapet beasiswa ke Jepang. Banyak deh yang punya kisah seru, mereka nasihatin aku, ‘Setelah lulus, bukan orang pintar yang dicari, tapi orang yang cerdas dan berpengalaman.'”

“Oh gitu ya? Hebat banget! Terus terus?”

“Ada juga temenku, ipeka-nya cum laude, tapi sekarang masih susah nyari kerja.”

“Duh, kasian. Tuh kan… fakta membuktikan. Emang bener sih, orang pintar belum tentu cerdas, hehe. Eh iya, dari tadi ngomongin kehebatan temen kamu mulu Sam?! Kamu sekarang udah gimana?”

“A..a..aku… ” *hening

Kita berdua melihat faktanya, ipeka tinggi emang enggak menjamin kehidupan sukses financial pasca kuliah. Ya begitulah, mereka (temen-temen kita) beberapa ada yang masih sulit mencari kerja, walaupun mereka punya ipeka yang tinggi.

Beberapa yang lain, yang bisa dikatakan beruntung karena dari keluarga berlebih, malah membuat harapan spekulasi, “daripada sarjana susah nyari kerja, mendingan sekolah S2 aja, lulusan S2 pasti gampang dapet kerja.”

Padahal, temen gue yang lain (yang udah kuliah S2) masih takut nggak dapet kerja.

Emang aneh, pendidikan formal makin tinggi, kita malah makin takut nggak berpenghasilan -dan parahnya, makin tinggi kita berpendidikan formal, kita semakin berorientasi menjadi pekerja dan gaji -bukan pembuat kerja. Sorry ini bahasa dewa.

—-

Kisah-kisah motivasi emang gak perlu harus datang dari Om Mario Teguh, kalo kita bisa melihat dari lingkungan terdekat, semua orang bisa menginspirasi kita. Contohnya kakak kelas gue yang 14 semester baru lulus, banyak semesternya emang ENGGAK perlu kita tiru, tapi ada makna yang bisa kita petik dari SEOrang mahasiswa bersemester dewa, salah beberapanya: 1) makin banyak pengalaman, 2) makin terkenal di kampus, dan 3) makin dewasa di kampus.

Dari kakak kelas gue belajar, kita bukanlah mahasiswa tua, tapi kita adalah mahasiswa dewasa, okesip.

Anyway,
Gue enggak muna, beberapa temen gue banyak yang beripeka di atas tiga, tapi sayangnya ilmunya enggak seberapa. Malah ada yang beripeka dua, tapi bisa apa aja. Ipeka emang kurang tepat untuk menggambarkan sisi intelektualitas mahasiswa, karena… jangankan data skripsi yang bisa dimanipulasi, ipeka pun banyak yang konspirasi.

Tapi, ada juga di luar sana, mahasiswa-mahasiswa yang nyata mencari ilmu, bukan sekedar mencari prestasi. Alhasil, ipeka bagus, ilmu juga mumpuni. Denger-denger, sekarang mereka dapet beasiswa ke Univ di Eropa. Proud of you 🙂

Emang sih, daritadi gue terkesan nyeritain kesuksesan temen-temen gue aja. Jujur, gue emang bukan mahasiswa berprestasi dan bukan siapa-siapa, tapi seenggaknya… follower gue banyak. #pft *kabur

[end]

Reblog dari sini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *