story

Dua belas hari #4

Dua belas hari. bagian empat.
by : Kinsia Eyusa Merry

____

Jil, sudah tidur? Maaf baru mengabari jam segini. Hari ini menyenangkan sekali. Tapi aku benar-benar perlu tidur. Jadi ceritanya akan kubuat singkat, padat, dan mencengangkan. Catat itu, dan jangan coba-coba melompat ke paragraf terakhir. Baca saja baik-baik, mengerti?

Baiklah. Kau masih ingat kan, tentang kejadian subuh pagi kemarin? Setelah menguncikan pintu, aku pergi mengambil wudhu tapi baru ingat aku sedang tidak sholat. Aku berniat tidur lagi tapi entah ada angin apa, kakiku bergerak ke arah kulkas. Kutemukan persediaan wafel beku, seplastik apel, kornet siap pakai, dan selai strawberry. Sesuatu memanggil-manggil, —seperti menyuruh— memanaskan wafel beku dan mengoleskan selai strawberry diatasnya. Lalu aku refleks mengambil piring yang tercantik di rak, meletakkan wafel tadi, dan membuatkan secangkir nescafe hangat sebagai teman pelengkapnya.

Apalagi? Kutata di atas meja makan. Rapi-rapi, hati-hati sekali.

Jil, aku sudah terseret permainan ini.

Kau mau dengar yang lebih parah?

Di samping meja makan ada meja setrikaan dan kotak berisi setumpuk baju kering yang baru diambil dari jemuran. Apakah aku tergerak menyetrikanya? Oh tidak sejauh itu. Untung saja tidak sampai sejauh itu. Lalu apa yang kulakukan? Aku melipatnya. Melipat SEMUANYA.

Bel berbunyi. Dia pulang. Aku pura-pura tak tahu, segera berlari naik ke kamarku sendiri.

Sepuluh menit berlalu. Mengecewakan karena dia tidak mengetuk, ya setidaknya basa-basi mengucapkan terimakasih. Lebih mengecewakan lagi karena aku benar-benar duduk di tempat tidur, selama sepuluh menit itu, menunggunya mengetuk, atau berteriak riang dari luar kamar.

Lima belas menit berlalu, ketukan tiga kali, pelan sekali. Sengaja kubiarkan agak lama atas nama gengsi. Pintu kubuka, dan wajahnya sumringah.

“Kalin, accompany me? Tomorrow?”

“Kemana?”

“Kerja”

“Nanti saya malah menganggu”.

“Saya sedang perlu inspirasi dan mencari inspirasi adalah bagian dari pekerjaan saya”.

“Jadi?”

“Kita ke Dufan”.

“Apa?”

“ke dufan”

Alyo dan dunianya semakin menarik saja.

Argh Jil!

I think, I think,

We’ve taken this too seriously.

Double S.O.S

The happy-tired Kalin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *