Galery,  Traveling

Catatan Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho

Sudah pernah mendengar kemistisan gunung lawu? Banyak sekali cerita-cerita mistis yang dengan mudah kalian dapatkan dari cerita-cerita di Internet bahkan dari sesama pendaki ataupun orang lokal yang kalian temui disini. Pada malam satu suro, jalur pendakian menuju puncak gunung lawu akan ramai sekali orang-orang yang ingin berdoa maupun memberi sesaji mendaki puncak gunung ini
Pendakian Lawu kali ini saya memilih jalur candi cetho karena terkenal view-nya yang aduhai. Teman-teman bisa cek di instagram dengan tagar #lawuviacetho untuk melihat ciamik-nya sabana lawu via jalur candi cetho ini. pasti bakalan bikin pengen cepet-cepet angkat carier. hehehe
Pertama datang kita langsung cari basecamp untuk memulai pendakian. Oh ya FYI (For Your Information) ada beberapa basecamp yang tersedia disini. Sebenernya ada basecamp resmi jalur pendakian Lawu sesuai dengan tempat registrasi yaitu dari gerbang Candi Cetho, belok ke kiri, ada tangga, naik saja nanti sebelah kiri ada gapura “Pendakian Gunung Lawu”. Disana ada basecamp yang bisa dijadikan tempat istirahat bagi pendaki sebelum mulai nge-track. Tapi berhubung sudah malam dan malas jalan dari parkiran motor, kami memilih Basecamp “Berkah Lawu” yang kalau dari gerbang Candi Cetho belok kanan, nanti ada Basecamp tersebut dengan biaya parkir motor sepuluh ribu rupiah per motornya. Fasilitas basecamp ini juga lumayan lengkap dari kamar mandi, makan atau minum yang siap sedia, slot charger ready, parkir motor dekat dengan basecamp dan ada FREE WIFI-nya cuy.. itu yang paling penting sepertinya karna pendaki jaman naw gak bisa jauh-jauh dari yang namanya internet dan apdet .. hahahaa
 Tim pendaki kere hore 🙂
Jalur pendakian Via Candi Cetho ini lumayan panjang, jadi waktu yang saya rekomendasikan dan banyak pendaki lain juga melakukannya adalah memulai mendaki sepagi mungkin. Untuk pendaki yang rumahnya jauh (seperti saya) bisa menginap semalam dulu di basecamp sebelum esoknya mulai mendaki. 
Berangkat dari jogja sekitar maghrib, kami tiba di lokasi basecamp jam sepuluh malam. Berbekal nasi goreng yang sudah kami beli di karanganyar, kami bisa melewati dinginnya malam di lereng gunung lawu malam itu dengan perut kenyang. Alhamdulillah. Siap untuk memulai pendakian esok hari. 
 Sarapan di puncak lawu
Pagi hari, kami memesan nasi pecel lima bungkus untuk bekal makan siang nanti biar gak perlu masak lagi dan paginya kami sarapan dengan roti dan makanan lain yang kami bawa. Masih terlalu kenyang gara-gara porsi besar makan nasi goreng tadi malam. 

Sampai di pos registrasi kami menyerahkan kartu identitas dan uang pendaftaran sebesar lima belas ribu rupiah per orang. Pendakian hari itupun dimulai. Total ada lima pos yang akan kami lewati setelah itu mulai ada sabana yaitu di Gupak Menjangan, Pasar Dieng, Warung Mbok Yem, dan Puncak.
Jarak antara basecamp sampai Pos 1 kurang lebih satu jam. Dari pos 1 sampai Pos 2 juga satu jam. Nah dari pos 2 ke pos 3 agak lumayan lama karna medan sudah terjal ditambah kondisi tanah yang SANGAT berdebu (alangkah sedihnya mendaki medan seperti ini saat musim hujan), waktu yang kami butuhkan sampai pos 3 ini kurang lebih satu setengah jam. Sampai di pos 3 kami memutuskan untuk istirahat agak lama sekaligus mengisi ulang energi karna pendakian selanjutnya akan lebih berat dan melelahkan.
Jarak dari pos 3 ke pos 4 juga sekitar satu setengah jam. Begitu pula jarak dari pos 4 ke pos 5 juga sekitar satu jam sampai satu setengah jam. Sampai di pos lima, waktu menunjukkan masih pukul 3 sore, jadi kami memutuskan melanjutkan mencari tempat camping di pos selanjutnya supaya esoknya saat ingin muncak tidak terlalu jauh dari pos camping. Setibanya kami di pos Gupak Menjangan kami putuskan untuk mendirikan tenda karna view di pos ini sangat menawan terutama saat sunset, kalo fisik belum lelah, cobalah mendaki salah satu bukit di dekat situ lalu lihatlah view sunset yang menawan dari gunung lawu.
Malamnya setelah masak mie telur, kami memutuskan untuk beristirahat lebih awal karna berencana summit attack pukul 4 pagi. Alarm salah satu rekan sudah berbunyi pada pukul 3 pagi, saya pun membangunkan teman-teman yang lain sambil membuat air panas untuk bekal memulai pendakian. Setelah menyeruput wedhang uwuh dan sarapan dengan roti dan selai, pukul 4.30 kami memutuskan untuk memulai pendakian menuju puncak Lawu. Masih sangat dingin pagi itu dan cuma satu rombongan yang mendaki pagi buta seperti itu. Kalo kami (saya) alasannya satu mendaki pagi-pagi seperti itu, yaitu supaya masih sempet nonton final piala dunia nanti malam di rumah cuyy… hehehehe
Kami memutuskan sholat subuh ditengah jalan dan sekitar satu jam lebih berjalan, kami sampai di pos Pasar Dieng yang berupa batu-batu yang berserakan. Istirahat sejenak kami langsung melanjutkan perjalanan ke puncak dan tidak bertemu dengan warung mbok Yem, kami juga bingung kenapa begitu. Akhirnya setelah bertanya pada rombongan pendaki lain ternyata jalur yang kami lewati adalah jalur belakang dari warung Mbok Yem. Saat turun kami memilih jalur menuju ke warung supaya bisa sarapan nasi pecel di puncak Lawu. Rada mahal meeen.. nasi pecel telor+teh anget; tujuh belas ribu. Hmm… sesuai lah daripada suruh bawa dari bawah ya gak?
Setelah itu kami langsung kembali ke pos Camp sambil mengabadikan moment-moment istimewa di sabana yang ciamik sekali view nya pagi itu. Pukul setengah 11 siang kami selesai packing dan langsung tancap gas menuju basecamp. Karena jalan yang berpasir agak lebih mudah menuruni medan seperti ini sambil berlari. Pukul 2 siang kami sampai di basecamp, bersih-bersih dan istirahat. Jam 4 kami langsung tancap gas lagi pulang ke jogja. Alhamdulillah masih bisa lihat final piala dunia, Perancis juaranya, Pogba dan Mbappe yang jadi bintangnya. Selamat
Beberapa jepretan oleh-oleh dari Lawu Via Candi Cetho.
Bulak Peperangan

 Puncak kedua kali, Lawu #3265mdpl
Masih gak tertarik?
Gimana viewnya?
 Walking walking….

Ini yang paling utama. I Love You, Istriku….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *