Traveling

Pengalaman 5 Hari Menjadi Suku Tengger di Gunung Bromo

Oke next part dari cerita voluntorism sebelumya adalah tentang menjadi suku Tengger, menjadi Indonesia. Buat yang yang belum baca artikel pertama mending mampir dulu DISINI biar rada nyambung ceritanya..hehehe
……………………………………….
Nah selepas acara di SD Ngadirejo lalu, kami tim dan peserta voluntourism menginap dan berbaur bersama Suku Asli Gunung Bromo yaitu Suku Tengger. Itu loh suku yang punya ciri khas kain sarung dengan motif unik yang melilit di lehernya. Ihh pengalaman mersakan jadi Suku Tengger ini bener-bener unforgetable deh sob, how the lucky I’m, pernah merasakan pengalaman ini selama empat hari aja merasa beruntung banget. Merasakan kehidupan menjadi mereka, hidup makan tidur seperti mereka, berbicara dengan logat dan sudut pendang mereka, saling bertoleransi akan perbedaan keyakinan kami membuktikan bahwa Good Things of Infonesia masih banyak banget, cuma berita-berita gak mutu tiap hari aja yang bikin Indonesia itu keliatan jelek, isinya kriminal, konflik, korupsi, padahal di pelosok yang jauh dari pandangan hiruk pikuk dunia, kearifan lokal menjadi embun penyejuk dari berita akan jeleknya Indonesia. 

Sama bu Rendi… bantuin makan biar gak dikira nganggur, saya mah gitu orangnya..hahahaha
Pernah liat iklan salah satu produk mimuman Jahe di TV? Wedang ***** yang menggunakan latar penduduk asli Suku Tengger dengan keramahannya menyambut tamu yang datang ke wilayah mereka. Itu bukan isapan jempol semata, hal tersebut benar-benar kami alami di rumah yang masing-masing kami tempati. Saya sendiri ditempatkan menjadi anak angkat keluarga Pak Wul dan Mas Munawi, disana saya disambut seperti anak sendiri, kelakuan saya yang kata orang jawa ‘ndebenakke’ malah sangat disenangi oleh mereka. Banyak banget kesan mendalam yang saya peroleh dari obrolan singkat sore hari yang berkabut sambil menyeruput teh panas di teras rumah. Kebetulan saya adalah panitia yang ditugasi datang duluan ke desa ini untuk mengatur pembagian peserta di rumah warga asli Tengger. Saya datangi rumah satu persatu dan berbicara perihal maksud kedatangan ternyata malah dapet cerita macam-macam.
Beberapa bahkan mayoritas suku disana punya kesan baik ketika teman-teman dari komunitas BFM berkunjung (lagi) ke Tengger (ini merupakan kunjungan ke-6 sejak 2011). Jadi tanpa bak bik buk, masyarakat disana langusng welcome dan IYA untuk menerima kami sebagai anak-anak angkat suku Tengger. Big Thanks untuk mas Lambang dkk, para pendiri BFM yang memberikan kesan baik buat temen-temen dari Jogja, karena berkat mereka kami-kami yang sebenarnya bukan siapa-siapa mudah sekali diterima oleh mereka.
Kurang lebih 5 hari 4 malam saya menjadi Suku Tengger dan bersyukur banget pernah mengalami hal tersebut. Rasanya jadi tau bahwa diluar kita masih banyak masalah yang lebih kompleks, cobaan yang lebih berat yang untungnya Allah jaga dan semoga tetap dijaga untuk di coba seperti mereka yang didera berbagai kesulitan. So, buat temen-temen yang langsung sendu cuma gara-gara BBM di read sama di Do’i, plisss diluaran sana ada yang mau nelpon atau SMS aja harus naik turun bukit, butuh tenaga dan biaya, kita??
Dinner bareng keluarga Pak Wul… nggaya, orang gunung pake dinner-dineran..wkwkwk

Satu hal yang saya dapat dari perjalanan-perjalanan seperti ini adalah mencoba untuk sesedikit mungkin untuk mengeluh atas apapun ketetapanNya. Dia Maha Baik, segala yang ditetapkanNya untuk kebaikan kita. Itu saja yang harus kita yakini, lalu jalani saja, dan berbuat bagi sesama. Semoga Allah mudahkan urusan kita. Aminnn…
Panitia Voluntourism BookForMountain nih..
Selamat makan..kakak-kakak…. 😀 ini ketuanya voluntourism, -kak erin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *