Jodoh Gak Jodoh Itu Sederhana [Bagian 1]
Bismillah…
Ahad kemarin ada kejadian menarik. Tepatnya dua kejadian menarik diacara walimah tetangga samping rumah. Sebagian orang jawa mungkin udah akrab dengan istilah sinoman kalo ada acara-acara walimah kaya gitu, nah aku diminta untuk jadi salah satu sinoman diacara itu.
#Kejadian 1 : Si Ratu dan Pembantunnya.
Di acara pernikahan itu saya ketemu sama seorang perempuan yang dandanannya sebelas duabelas sama yang mau ijab. Batinku, pasti dia kerabat deket orang yang punya hajat. Cantik, lebih tinggi dari aku beberapa senti, dan prediksiku dia masih anak kuliahan. Kerudung perak yang talinya melingker-lingker dileher dipadu dengan warna terusan yang sama. Klop.
Tapi entah kenapa, aku pikir para kaum perempuan yang datang ke acara walimah suka dandan berlebihan dan gak jauh beda penampilannya sama yang mau nikah, terutama para kerabat. Mungkin dia berpikir kalo dia bakal jadi pusat perhatian jadi harus tampil semenarik mungkin bagi yang ngeliat. Padahal (dari sudut pandang aku nih) harusnya dia berpenampilan biasa aja karena toh kecantikan bin kecakepan seseorang gak punya korelasi yang berarti sama tebelnya make up apalagi mahalnya dress yang dipake. Tapi ada salah satu keluarga kerabatnya yang punya hajat yang bisa jadi contoh kemarin. Kebetulan ane kenal sama orang tersebut. Keluarga nya mas anjar. Pasangan muda, si suami batikan seperti biasa para bapak, dan si istri berpenampilan standar lah, cantik gak berlebihan. Kaya mau berangkat ke kampus. Gak perlu make up neko-neko kalo emang cantik dia bakal bawa aura yang bikin orang-orang dideketnya ngerasa nyaman ngobrol sama dia, adem dan gak merasa terintimidasi dengan pakaian yang dia kenakan. Ahh kok jadi sampe kesini.? sepertinya walaupun RSBI dah dihapus aku gak perlu khawatir tentang pakerjaan apa nantinya yang paling sreg dengan hobi. Masih jarang dan termasuk langka jadi patut dicoba. Pengamat perkawinan.
Oke back to woman yang aku temuin itu. (kaya kelereng aja ditemuin)
Dalam waktu kurang dari 5 jam kita papasan (ketemu adep-adepan muka) sembilan kali diacara walimah itu.
Dua pertemuan pertama cuma saling senyum.
Pertemuan ketiga saya yang mulai ngomong, “mba saya mau lewat situ” kataku. # “oh ya saya yang kesitu” kata mbak nya (pas kita ketemu dijalan sempit yang cuma bisa dilewatin satu orang).
Pertemuan ke-empat kelima sampai kedelepan saya sama dia saling senyum. (oiya note, laden gak mungkin jalan sambil nunduk, bisa-bisa gelas sama sama makanan yang dibawa pada tumpah). yang diliat juga sama gak nunduk. klop. aku anggep ini rejeki.
Oke sampai sini aku gak tau namanya, dan sebenernya pengen tau juga namanya. Well,, permohonan ku dikabulin dipertemuan selanjutnya, pertemuan kesembilan dan terakhir di hari itu. Tepat didepan meja prasmanan aku tau namanya.
Aku diplot untuk jaga nasi didepan meja prasmanan kalo sewaktu-waktu abis aku yang ditugasin ngisi ulang. Tiba-tiba kedenger suara jeritan anak kecil nangis disusul suara ibu-ibu teriak, “Mega, kui anakmu nangis”.
“oh namanya Mega” aku membatin … Waittt.. ada yang salah..
seketika perempuan yang dari tadi aku amatin langsung lari dan balik lagi ke meja prasamanan sambil menggendong seorang anak.
Aku. Balik kedapur sambil dan mengundurkan diri dari jabatan pengisi ulang nasi di meja prasmanan.